Mohon tunggu...
Yanti Rahmayanti
Yanti Rahmayanti Mohon Tunggu... Guru SMP

Hobi: membaca dan menulis puisi, cerpen/carpon dan novel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ramadan, Biarkan Aku Merengkuhmu Lagi

30 Maret 2025   17:54 Diperbarui: 30 Maret 2025   18:12 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan, biarkan aku merengkuhmu lagi (Sumber: Meta AI)

Sebuah Catatan - Penulis: Yanti thea

Aku terhenyak, tersadar dari keterlenaan selama ini. Aku pikir engkau akan membersamaiku selamanya. Ternyata tidak! Saat ini kau pamit pulang. Kau bilang waktu kebersamaan kita sudah cukup. Bahkan lebih dari cukup. Karena tahun-tahun sebelumnya pun kau tak pernah absen menemaniku. Sebulan jatahmu dalam setahun. Seumur hidupku, selama itu pula kau hadir di sisiku.

Tahukah kamu, aku sering abai dengan kehadiranmu selama ini. Aku seringkali tak menganggapmu ada. Engkau tak kuistimewakan. Kuperlakukan dirimu sama dengan yang lain. Padahal sebenarnya engkau berbeda. Dirimu adalah cahaya. Cahaya yang menerangi gelapku. Cahaya yang membuka pintu-pintu berkahku. Cahaya penunjuk langkah hidupku. Cahaya yang mampu melipatgandakan kekuatanku.

Denganmu aku ditempa. Denganmu aku dididik. Denganmu aku diarahkan. Denganmu aku diteguhkan. Denganmu aku semakin yakin akan sebuah harapan. Denganmu aku menjalin cinta tanpa syarat. Denganmu aku belajar apa arti ikhlas. Denganmu aku belajar berbagi. Denganmu juga aku belajar berkorban.

Kini engkau di ujung pintu. Tanganmu telah kau lambaikan. Pamitmu telah kau sampaikan. Aku hanya terkesima tanpa kata. Tak kuasa tanganku tuk mencegah. Lidahku kelu. Aku ingin berkata, "Jangan tinggalkan! Tetaplah bersamaku. Tak akan kusia-siakan engkau kali ini." Namun langkahmu telah terayun. Dengan pasti kau melangkah pergi, tanpa berbalik arah seperti mauku. Kini, mataku hanya sanggup menatap sambil bergumam, "Akankah kau kembali ke pangkuanku nanti? Jangan biarkan aku hanya memeluk sesal yang tiada henti. Izinkanlah aku bercumbu denganmu kembali."

Andai napas masih sanggup kuhembuskan, satu pintaku biarkan aku menggapaimu kembali. Tak akan kuulang kebodohanku dulu. Tak akan kubiarkan setiap detikmu terabaikan. Kan kudekap engkau sepanjang waktu. Akan kurangkaikan kata-kata mesra agar kau tak berpaling. Kukalungkan bulir tasbih di penghujung malammu agar kau tahu betapa dirimu sangat berarti bagiku. Kebentangkan sajadah cinta agar tak lepas diriku dari merapalkan syair-syair cinta dalam sujud panjangku.

Namun jika harap itu tak pernah ada, aku hanya ingin perjumpaan kita kali ini kau ukir dengan tinta emasmu. Kau tuliskan bahwa ini adalah kenangan terindah kita. Kau abadikan bahwa saat terakhir bersamaku adalah impianmu.

Ramadan, meski dirimu kini telah menepi, namun harapku bersamamu kembali adalah asa yang tak akan pernah pudar. Semoga raga dan jiwa ini akan dapat merengkuhmu lagi. (YR)

Baca juga: Mokel Bin Godin

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun