Cerbung, Penulis: Yanti thea
      "Sa-kit. Ra-sa-kan sen-diri!" bentak Nuri emosi. Runtuh sudah batas kesabarannya. Masih untung tangan mungilnya tak menampar mulut kakak tingkat yang melewati batas ini. Nuri pun berlari meninggalkan ruangan tanpa menunggu jawaban lagi. Samsul dan para panitia hanya melongo. Sementara itu, peserta lain terbengong-bengong sambil menatap punggung Nuri yang tenggelam di balik tembok aula. Tak lama sorak sorai teman-teman senasib dengannya terdengar, memberi dukungan kepada sang gadis yang bernyali besar tersebut.
      Tiba di toilet Nuri membuka mulutnya di bawah keran air.
      "Glek ... glek ... glek ..." Tanpa ragu diteguknya air keran itu sebanyak-banyaknya. Ah, kini dia dapat bernapas lega. Sumbatan di tenggorokannya pun hilang sudah.
***
      "Hah!"
      Nuri nyaris frustasi. Sulit sekali mencari koran berbahasa Inggris sesuai kriteria yang diminta panitia OSPEK. Apalagi di tempat agak terpencil seperti ini. Belum lagi alasan jika dirinya adalah pendatang yang tak begitu mengenal wilayah kampus dan sekitarnya ini. Selain itu, waktu pencarian pun tak memadai. Kemarin Nuri tiba di kosan menjelang magrib dengan tubuh yang nyaris ambruk. Sepulang OSPEK sore itu dia masih direpotkan dengan menyelesaikan tugas kelompok bersama teman-temannya. Jadi, kapan waktunya untuk berburu koran seperti seperti yang diminta?
      Nuri memacu langkahnya semakin cepat. Lagi-lagi boots pinokio yang bobotnya melebihi 3 kilogram itu menjadi penghambat. Gerakannya nyaris menyerupai bebek dikejar tikus. Sementara itu jam masuk kegiatan OSPEK hari kedua ini telah melewati angka sepuluh menit.
      "Oops!"
      Hampir saja tubuh mungil itu menghantam pintu gerbang yang sudah tertutup rapat. Beruntung rem kakinya masih pakem.