Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Raket

Di Balik "Ngambeknya" PB Djarum

9 September 2019   10:34 Diperbarui: 10 September 2019   05:20 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

"Saya melihat ini kok kayak anak kecil yang sedang ngambek".

Ungkap Ketua Lembaga Anak Indonesia (LPAI) yang akrab disapa Kak Seto seperti diberitakan Kompas.com.

Ia juga menegaskan bahwa  KPAI sudah benar seraya mengutip Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 telah tertulis bahwa rokok merupakan zat adiktif yang berbahaya. 

Saya sepakat dengan Kak Seto yang mempertanyakan soal kesungguhan dari PB Djarum dalam menghasilkan bibit unggul bulutangkis. Kita harus memperkuat KPAI agar menjalankan pengawasan terkait penegakan perlindungan anak Indonesia dalam semua aspek kehidupan.

Ngambeknya PB Djarum bisa menjadi momentum bagi para pegiat hak untuk memastikan industri-industri rokok mau patuh terhadap konvensi pengendalian tembakau.

"USA melarang iklan Rokok, minuman Alkohol juga nggak boleh untuk sponsor olahraganya, nah disini siapa yang mau keluar duit".


"Jangan lupa dibalik semua ini dituduh ada perang dagamg antara produsen rokok dg industri farmasi nah lo.


Sekarang yg mencuat jarum. Simak dg teliti' industri2 rokok di Indonesia' siapa yg punya?
Jangan seperti ungkapan orang "die nyang kaya, kite yang mati" ......
Indonesia sudah menjadi asbak dunia".

Komentar-komentar di atas seyogyanya menjadi perhatian kita bersama. Tentu sambil menyimak berbagai isu terkait donor driven agenda yang mengemuka seiring dengan pernyataan PB Djarum untuk menghentikan audisi2020.  

Pada saat yang sama Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, menegaskan bahwa KPAI  tidak berniat meminta penghentian audisi bulu tangkis untuk anak-anak yang diinisiasi PB Djarum.  

KPAI justru mendukung audisi dan pengembangan bakat serta minat anak  termasuk di bidang bulu tangkis.  Namun, penyelenggaraan audisi tidak boleh menggunakan nama merek, logo, dan gambar produk tembakau yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 seperti yang diberitakan.

Perlu senegara untuk melindungi dan mengasuh anak. Pemerintah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun