Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fitry Pembelajar Merdeka Siap Tumbuh bersama Calon Ecosocpreneur Muda

30 Agustus 2019   05:32 Diperbarui: 30 Agustus 2019   05:51 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tulisannya bagus, hanya saja alurnya masih campur aduk. Sepertinya penulis ingin menumpahkan pengetahuan dari berbagai literatur dalam satu artikel. Menurut teteh, artikel ibu lebih fokus, tidak membuat lelah pembaca. Ibu tahu kapan mengakhiri tulisan,"kata Fitry setelah membaca artikel kompasiana yang saya sodorkan. Fitry sedang asyik membaca cerita horor di sela-sela kegiatannya menyiapkan bahan untuk pertemuan perdana dengan Bu Nia, 1 September 2019.

"Alhamdulillah, bertahun-tahun ngeblogging untuk setiap isu yang sedang dikawal KerLiP ternyata mengasah ibu untuk memilih kata-kata yang lebih sederhana. Sebelumnya ibu menulis artikel sebanyak 750 kata atau 3.000 karakter sesuai ketentuan Kompas. Saat ngeblog terkadang merasa kehilangan kesadaran kritis, Teh. Namun, saat menjelaskan kepada sahabat-sahabat KerLiP ibu menyadari mulai terbiasa "easter egg" dalam tulisan ibu, "jawab saya. Mata dan hati saya masih  takjub membaca tulisan-tulisan terpopuler para kompasianer.

Learning by Doing

Fitry mengenalkan istilah "easter eggs"  saat kami menulis dan mengedit Ensiklopedia Lintas Sejarah Indonesia (ELSI) dalam literasi visual yang diterbitkan Binar Pustaka. Anak-anak adalah guru terbaik bagi saya saat menyelenggarakan homeschooling.bersama.

Fitry memutuskan menjadi pembelajar mandiri di kelas XI. Ia menjadi lulusan pertama Sandi Kerlip dan melanjutkan kuliah di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI).

Kegemarannya membaca komik dan menonton anime turut mengasah kemampuan literasi visual yang diminatinya sejak kecil. Salah satu masterpiecenya adalah Buku ELSI jilid 7 yang berisi lintas sejarah kebangkitan bangsa dalam infografis.

Foto Fitry (paling kanan) mewakili Indonesia dalam WCDRR di Sendai Jepang bersama Sri Renani dari Kemendikbud, Allisa Putri Maryam, dan Nabila Ishma

Fitry mengembangkan platform Pendidikan Anak Merdeka dengan meramu pengalaman belajarnya. Ia memutuskan membuka Sandi Kerlip dan bersiap tumbuh bersama para calon ecosocpreneur muda.

Tujuannya sangat mulia. Ia ingin membantu saya untuk memanfaatkan sumber daya  yang ada sambil mendukung upaya Nurlinda Taco, memimpin Yayasan Sigap Kerlip Indonesia.

"Insya Allah 30% dari pendapatan teteh dihibahkan untuk mendukung rencana ibu bersama Kak Linda membuka pesantren kebangsaan bagi anak yatim dan dhuafa di Kabupaten Mamasa. Teteh sudah bertekad untuk menyisihkan dana sebesar Rp1.000.000 dari setiap peserta didik Sandi Kerlip selain Anak Tangguh peserta gerakan KUAT,"imbuh Fitry.

Bahagia sekali mendengarnya. Sudah lama saya mengajak Fitry untuk tumbuh bersama KerLiP.  Rupanya ia merasa cocok dengan Nurlinda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun