Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepenggal Pagi Penuh Makna

4 Desember 2022   08:46 Diperbarui: 4 Desember 2022   08:50 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepenggal Pagi penuh Makna

Oleh: Budiyanti

Azan subuh berkumandang dari masjid. Bu Dian segera ambil air wudhu untuk salat subuh berjamaah. Kali ini ia berjamaah di rumah bersama suami. Bermunajat bersama untuk memohon kebahagiaan dan keselamatan serta kesehatan.

Karena tidak ke Masjid, amal yang biasanya dimasukkan kotak amal masjid ia masukkan di tempat amal yang sudah tersedia. Kebiasaan beramal walaupun sedikit kala subuh sudah tertanam di hati pasangan yang sudah berusia lanjut itu. Ia ingat akan tausiyah saat menghadiri pengajian bahwa sedekah subuh sangat bermanfaat.

Rasanya bahagia terpancar pada pasangan suami-isteri yang sama-sama sudah lansia.

Masih memakai mukena ia bersama suami bersama-sama membaca Al-Qur'an. Walaupun belum lancar mereka nikmati lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dengan khidmat. Sesekali mereka saling menyimak. Kala ada kekeliruan Bu Dian tak segan untuk membenarkan bacaan suaminya. Begitu sebaliknya.

Walaupun beberapa ayat, mereka secara Istiqomah membaca Alquran.

Usai membaca Alquran, Bu Dian melanjutkan membaca buku walaupun hanya beberapa lembar. Kali ini Bu Dian membaca karya Bu Kanjeng yang berjudul "Napak Tilas Perjalanan Jiwa". Membaca buku ini Bu Dian seolah diajak berkelana Bu Kanjeng pada masa lalu. Rasa penasaran ingin membaca sampai tuntas. Ia berharap bisa menulis resensi dari buku tersebut.

Selanjutnya Bu Dian pergi ke dapur untuk membuat teh. Air baru saja mendidih. Segera ia tuangkan teh dalam dua cangkir. Yang satu manis yang satu tidak.

Bu Dian sengaja memilih yang tidak manis. Ia ingin mengurangi gula dalam tubuhnya. Ia menyadari bahwa seusianya harus mengurangi karbohidrat dan juga makanan yang manis agar gula darah normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun