Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bahagianya Bisa Bersilaturahmi ke Saudara Tua

18 November 2022   20:25 Diperbarui: 18 November 2022   20:33 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahagianya bisa Bersilaturahmi ke Saudara Tua

Saat usia sudah senja, kami berusaha selalu bersilahturahmi. Kali ini kami, keluarga Besar Bapak Sukiman menyempatkan diri bersilaturahmi pada Bude kami yang masih hidup. Ada dua kakak dari Mertua saya yang akan kami kunjungi.

Sementara Bapak mertua kami sekaligus Bapak dari Suami serta saudara-saudara sekandung suami sudah menghadap Allah sejak suami dan kakak-kakaknya masih kecil. Kini keluarga suami sudah tua seperti suami. Bersyukur kami sudah mapan semua dalam arti sudah menjadi nenek dan kakek. Tinggal dua bude yang bisa kami kunjungi pada hari Ahad kemarin.

Tiga mobil meluncur dari Klaten menuju Boyolali. Seolah napak tilas saat kami memasuki kampung tempat bude tinggal. Sesaat kami yang saat itu satu mobil dengan adik ragil.

"Waktu dulu saya pernah jalan kaki lewat sini nih," ucapku sambil menunjuk jembatan. Ya benar waktu saya masih pengantin baru dan mempunyai anak satu pernah berjalan ke sini bersama ibu mertua.

"Ya, Mbak, aku juga pernah jalan kaki lewat sini," ucap Adik Lin sambil memandangi jalan.

Usai masuk kampung Teras, kami belok kiri menuju kampung Bude. Kami melewati persawahan dengan hijaunya padi. Hawanya sejuk. Angin semilir menerpa tubuh ketika kaca mobil dibuka. Beberapa saat kemudian kami sampai di rumah Bude Marni, kakak dari Bapak Mertua.

Sebuah rumah kuno bercat putih kami masuki setelah mengucap salam. Seorang nenek dengan usia 90 tahun-an duduk di amben dapur. Penyangga untuk berjalan berada di sisinya. Satu per satu kami yang berjumlah dua belas orang menyalami beliau yang sudah sepuh. Tak lupa kami menyebut nama. Beliau tampak mengingat-ingat sosok kami. Tawa pun bergulir ketika Mbah Marni bercerita masa lalu.

"Mbah ini sekadar oleh-oleh dan ini untuk Bude ,"ucap Mbak Sus sambil mengangsurkan amplop yang sudah dipersiapkan. Ucapan terimakasih bertubi diucapkan nenek yang suaranya masih lantang. Tak lama kemudia beliau bejalan ke ruang tamu dengan berjalan menggunakan penyangga. Kami pun dibuat tertawa karena dengan gesit karena Bude berjalan dengan amat cepat.

Usai berbincang-bincang dengan nenek Marni dan anak-anakknya kami mohon pamit. Kami melanjutkan perjalanan menuju nenek Marti yang berada tak jauh dari sini. Perjalanan indah karena kami menyusuri desa yang masih asri. Kebun --kebun yang subur dengan aneka pepohonan yang menyejukkan mata. Usai masuk kebun peninggalan Mbah, kami berkunjung ke rumah Mbah Marti, kakak bapak mertua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun