Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pemberian ASI pada Zaman Sekarang dan Dulu

13 Oktober 2022   15:58 Diperbarui: 13 Oktober 2022   16:43 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari kompas.com

Hai kompasianer, apa kabar? Semoga sehat selalu. Sehat adalah anugrah terindah. Kali ini saya sebagai ibu tiga anak dan nenek dari dua cucu akan bercerita saat memberikan ASI.

Setelah satu tahun menikah, seorang anak laki-laki lahir dengan berat badan 3,1 kg. Kebahagiaam menyelimuti kami. Rejeki yang harus disyukuri. Proses kelahiran di sebuah rumah bersalin. Bidan Yur telah membantu persalinanku.  Pada kelahiran anak pertama ini ada seorang yang membantu segala persiapan yaitu Ibuku. Ibu yang menunggui saat usia kandungan sudah sembilan bulan sampai usai bayi selapan atau empat puluh hari. Maklum saya belum berpengalaman tentang tetek bengek tentang melahirkan dan merawat bayi.

Sebagai ibu muda saat itu saya manut saja dengan yang disampakan Bu Bidan. Bayi langsung ditempatkan box di ruang khusus. Jika ingin melihat anak, kami boleh melihatnya. Saat itu saya tidak langsung disuruh menyusui karena memang belum keluar ASI. Tanda-tanda akan keluar ASI juga belum tampak. Hanya sehari saya menginap di klinik Bu Bidan. Kami berkemas-kemas untuk kembali ke rumah kontrakan di Sumowono. Entah kenapa kami memilih melahirkan di tempat Bu Bidan yang jarak dari rumah kontrakan agak jauh. Padahal di desa tempat kami tinggal ada bidan. Ya, mungkin kemantapan.

Banyak barang yang harus kami bawa sehingga kami menyewa mobil. Selain baju-baju saya, ada perlengkapan bayi serta ari-ari yang sudah dibersihkan dan dimasukkan di wadah. Beberapa obat diberikan pada kami. Saya masih ingat ada satu bungkus juga Susu Formula yang diberikan kami. Menurut Bu Bidan sufor diberikan saat ASI belum keluar. Saya manut saja karena ASI memang belum keluar. Bagi saya waktu itu juga sebagai latihan pakai dot karena suatu saat saya sudah selesai cuti berarti anak sudah ada susu tambahan.

Yang jelas pada tahun 1988 belum banyak yang punya kulkas. Termasuk saya gak punya. Mungkin kalaupun ada, tentu tidak bisa beli. Maklum rumah tangga baru dengan gaji pas-pasna.  Saat saya mengajar di sekolah, susu formula menjadi pengganti ASI. Umpama sesekali waktu pulang untuk menyusui jelas tidak memungkinkan karena saya harus berhadapan dengan anak-anak. Namun, ASI tetap saya pulang mengajar. ASI tetap saya berikan hingga anak usia dua tahun.

Begitu pun pada kelahrian anak kedua dan ketiga. Saat itu kira-kira pada tahun 1992 dan 1994 kami belum punya sarana menyimpan ASI. Tampaknya belum pernah mendengar ASI disimpan di Frzser. Entah kalau orang kaya,  mungkin punya. Pada kelahiran anak kedua saya berikan ASI sampai usia sepuluh bulan karena keburu saya hamil lagi hee istilah lain anak kedua dan ketiga sundulan. Jaraknya hanya satu setemgah tahun. Sedangkan anak ragil minun ASI sampai dua tahun juga. Susu Formula diberikan saat saya mengajar atau pas ada acara yang mengharuskan saya tidak bisa mengajak anak. Itulah cerita pemberian ASI pada masa berpuluh tahun lalu. Alhamdulillah ketiga anak kami kini sudah dewasa dan yang pertama sudah memberikan dua cucu.

Pada saat ini, zaman sudah berubah. Tahun 2017 lahirlah cucu kami yang pertama. Jangan tanya rasanya bagaimana punya cucu. Tentu saja sangat bahagia. Sampai-sampai perut ikut mules dan gigi sakit saat jelang kelahiran karena suka pembukaan 4 tidak bertambah padahal sudah dipacu. Akhirnya si menantu melahirkan dengan cara cesar. Alhamdulillah lancar.

Nah, yang membedakan saat proses melahirkan sudah selesai, si bayi langsung didekatkan pada ibunya untuk disusui walaupun belum keluar ASI. Pemberian ASI eksklusif diberikan terus sampai usia cucu dua tahun. Saat itu anak sulung kami sudah menerapkan pemakaian ASI tanpa makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Walaupun sang Menantu bekerja, urusan ASI tetap jalan. Saat itu anak tinggal di Jakarta, suami istri bekerja. Saya pun jadi tahu peralatan untuk menyimpan ASI di freezer. Persedian botol juga banyak. Alat pencuci botol juga ada. Jadi, saat malam si Menantu menyedot air susu sebanyak mungkin. Jadi saat si Menantu bekerja, ada ART yang siap memberikan ASI dengan cara menghangatkan dulu. . Namun, sayangnya usai tak minum ASI si cucu sulit minum susu tambahan apalagi pakai botol, cucu tidak mau. Berbeda dengan bapaknya waktu kecil, botolnya sampai berlubang besar tetap dipakai. Akhirnya si menantu menyiasati dengan menu tambahan lain.

Itulah sedikit perbedaan pemberian ASI dan SUFOR pada anak dan cucu. Apa pun itu kita ikuti perkembangan zaman dengan tetap mengedepankan kesehatan dan gizi anak demi pertumbuhan anak. Menjadikan anak sehat dan tumbuh kembang adalah hal utama. Jika anak tumbuh sehat, kecerdasan akan mengiringi. Salam sehat.

Ambarawa, 13 Oktober 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun