Mohon tunggu...
Yanti Susanti
Yanti Susanti Mohon Tunggu... Lainnya - Suka membaca dan sedang belajar menulis.

Lahir di Jakarta, bekerja di Jakarta, tinggal di Kab. Bogor.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerita Fabel: Sang Kakatua Jambul Kuning yang Sombong

10 Maret 2021   13:44 Diperbarui: 10 Maret 2021   13:48 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Koleksi Pribadi Deborah Tomasowa, Maret 2021.

Hujan lebat baru selesai, sorot sinar matahari mulai muncul dan langit seketika menampilkan bianglala beraneka warna. Sungguh indah tiada tara ciptaan Yang Maha Kuasa. Pepohonan di hutan itu terlihat segar, sungai pun tanpa ragu mengalirkan air bening nan sejuk dari hulu ke hilirnya. Bumi basah menguapkan aroma tanah yang khas seraya membuat fauna tanah bergembira ria.

Kakatua jambul kuning menggeliat malas memutar kepalanya dari himpitan bulu putih di punggungnya. "Aku masih ingin bermalas-malasan dan melanjutkan tidurku" katanya dalam hati. Dia pun melanjutkan tidurnya sejenak sampai kemudian merasa perlu mengisi perutnya. "Wah...habis hujan lebat dan lama begini, pasti banyak juga yang mau mencari makanan sekarang, aku harus bergegas supaya masih dapat buah yang bagus" pikir si kakatua jambul kuning.

Hutan yang terjaga menjadi surga tidak hanya bagi flora namun juga fauna yang semuanya menggantungkan hidup darinya. Kakatua jambul kuning mengepakkan sayap putihnya menelusuri barisan pohon untuk memantau mana yang bisa dihinggapi. Mata bulat bersemburat biru muda itu tertuju pada satu pohon berbuah ranum yang siap makan. Dibalik pohon yang rimbun dan sarat buah tersebut sudah ada beberapa burung lain yang hinggap lebih dahulu. Mereka sedang menikmati buah-buahan dengan asyiknya. "Jangan-jangan sudah habis dan tidak ada yang bisa aku makan lagi" gumam kakatua jambul kuning. "Hai kalian semua, sekarang giliran aku mau menikmati buah-buahan ini, aku harap kalian pergi dari pohon ini sekarang" gertaknya seraya menaikkan jambul kuning di atas kepalanya.

Sekumpulan burung yang hinggap lebih awal tidak mau meninggalkan pohon itu dan tetap melanjutkan makan. "Kami datang lebih awal daripada kamu, kenapa kami diminta pergi padahal kami belum kenyang" kata burung uwur. "Ya, kenapa kamu mengganggu kami di sini dan tidak mencari pohon lain saja?" kata burung pleci. "Aku minta kalian pergi sekarang!" ujar sang kakatua jambul kuning sekali lagi. Burung uwur, pleci dan lainnya akhirnya pergi. "Buah-buahan ini jadi milikku semuanya sekarang....aku bisa makan sampai kenyang"kata sang kakatua jambul kuning. Selang beberapa waktu, dia merasa pusing dan lemas tak berdaya. Nampaknya itu adalah efek dari buah yang dia makan. Dia berteriak meminta pertolongan namun karena burung lain sudah diusirnya, akhirnya dia berdiam diri dan kesakitan sendirian. "Aku menyesal telah mengusir burung-burung tadi, aku sangat butuh pertolongan mereka saat ini" katanya dalam hati.

Akhirnya dia sadar akan kesombongan dan keserakahannya dan mengambil hikmah atas kejadian tersebut. Sang kakatua jambul kuning berjanji tidak sombong dan serakah lagi. Dia kini juga sadar bahwa semua makhluk saling membutuhkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun