Ujian Nasional untuk SMA baru saja berakhir. Kepastian tentang kesuksesan masih jauh dari kenyataan. Kelulusan masih dalam tanda tanya besar. Prestasi sekolah juga masih diujung kemungkinan. Namun, gambaran redupnya mutu pendidikan di Flores masih saja menyeruat. Beberapa tahun terakhir, hasil UN menempatkan NTT – Flores pada urutan terbawah. NTT – Flores seakan-akan dianggap ‘bodoh’ dan ‘lemah’ secara akademik.
Lalu bagaimana dengan tahun ini? Mampukah NTT – Flores bangkit dari keterpurukannya?
Data Hasil UN
Saya mencoba mengambil hasil UN sebagai salah satu tolok ukur yang valid untuk mengukur kualitas pendidikan di Flores. Saya sadar kalau standar ini tentunya bukan satu-satunya standar penilaian utama. Walaupun demikian, nilai UN (yang notabene masih sering diperdebatkan perlu tidaknya) adalah data faktual yang bisa menunjukkan wajah pendidikan di Flores. Secara khusus, saya mengambil data hasil UN murni untuk Jenjang SMA program Sosial untuk sekolah-sekolah sedaratan Flores dan Lembata.
Ada beberapa hal yang patut dicatat dari data di atas:
Pertama, prestasi tertinggi untuk kelulusan UN dalam wilayah regional ini hampir pasti dikuasai oleh sekolah-sekolah Katolik. Sekolah-sekolah negeri justru melorot jauh. Untuk Program Sosial misalnya (data Niai UN Murni), lima peringkat teratas adalah: peringkat pertama diraih oleh SMA SEMINARI PIUS XII KISOL (menduduki peringkat 2487 nasional); kedua, SMA Swasta ST.Yohanes Berkhmans Mataloko; ketiga, SMAK Sanctissima Trinitas Ranggu (9/P); Keempat, SMA Negeri 1 Borong (14/P); dan kelima, SMA ST.Klaus Kuwu (15/P). Sementara itu, sekolah-sekolah faforit seperti SMAN 1 Bajawa (108), SMAN 1 Ruteng (156), dan SMAK Fransiskus Ruteng (190), tidak muncul dalam rentang 20 sekolah terbaik di Flores, atau dalam rentang 100 sekolah berprestasi se-NTT.
Kedua, dari data tersebut, sekolah-sekolah Katolik memberi sumbangan yang hampir sama besarnya dengan sekolah negeri untuk peningkatan kualitas pendidikan di Flores, NTT. Ada 10 sekolah swasta Katolik yang memberi sumbangan penting bagi pendidikan di Flores; berbanding lurus dengan indeks jumlah Sekolah Negeri yang berprestasi.
Ketiga, peringkat pertama untuk Flores, diraih dengan pencapaian rata-rata 7, 98 berselisih 1, 02 poin dengan peringkat pertama nasional yang meraih rata-rata sebessar 9,00. Peringkat pertama di Flores hanya mampu menduduki posisi ke 2487 Nasional dari total 15560 SMA yang mengikuti UN. Sementara, SMA st. Maria Iteng yang menempati peringkat 20 di Flores berada pada posisi 13320 dalam skala nasional, atau berselisih 11000-an sekolah dengan peringkat 1 di Flores. Jarak akademik ini tentu menjadi catatan yang sangat memperihatinkan.
Keempat, kenyataan ini tidak serta merta memberikan kesimpulan bahwa Gereja Katolik sudah sukses mengangkat keterpurukan mutu pendidikan di NTT, masih banyak sekolah yang perlu dibenah, ditata, dan diberdayakan.