Mohon tunggu...
Yani Nur Syamsu
Yani Nur Syamsu Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Biografometrik Nusantara

Main ketoprak adalah salah satu cita-cita saya yang belum kesampaian

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Yang Bersemi di Balik Tsunami

17 Oktober 2018   10:42 Diperbarui: 17 Oktober 2018   11:04 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gempa dahsyat yang diikuti oleh tsunami dan liquefaksi telah menelan korban jiwa dan material yang sangat banyak. Namun  bukan hanya pilu dan nestapa yang menguar dari bencana alam itu.  Ghirah berbagi mekar dimana-mana. 

Posko posko pengumpulan bantuan didirikan oleh masyarakat diseantero negeri, juga  di masjid masjid, di gereja-gereja, di pura-pura, di vihara-vihara. Ribuan personil aparat pemerintah plus sukarelawan bahkan yang datang dari luar negeri berdatangan ke lokasi lokasi bencana untuk menyalurkan bantuan, menemani dan menghibur para korban.

Begitulah semuanya tergerak untuk berkontribusi dalam proses penanganan korban. Para dermawan itu  tidak berpikir  apakah korban yang akan saya sumbang ini seagama dengan saya atau tidak, sesuku dengan saya atau tidak bahkan penulis yakin tidak terbersit sedikitpun untuk menanyakan tentang capres pilihan para koraban. 

Yang ada adalah bahwa kita memiliki simpati, empati dan kasih sayang kepada para korban yang nota bene adalah sesama warga  Negara kesatuan Republik Indonesia.

Tumbuh mekarnya bibit solidaritas antar sesama tanpa dibatasi sekat sekat suku, ras dan agama itu tentu patut disyukuri  mengingat  empat tahun belakangan ini ada pihak-pihak yang terus berusaha mengkapitalisasi sara untuk kepentingan politik jangka pendek golongannya. Kapitalisasi sara itu jelas akan sangat membahayakan bagi kerapatan kohesi sosial di tengah masyarakat Indonesia yang sangat majemuk.

Kerja keras para pahlawan bencana itu telah memacu kota Palu, Donggala dan sigi untuk segera bangkit dan menggreliat. Kini diwilayah tersebut, jaringan listrik dan telekomunikasi termasuk jaringan telekomunikasi seluler sudah mulai pulih begitu juga pendistribusian BBM yang sudah jauh lebih baik sehingga antrean di SPBU tidak lagi terlalu panjang seperti hari hari sebelumnya.

Sekolah sekolah darurat di pengungsian juga langsung didirikan dan dioperasionalkan untuk menjamin bahwa kegiatan belajar dan mengajar tetap berlangsung meski dalam kondisi serba terbatas. 

Begitu juga pasar pasar dan warung makanan sudah mulai buka dan beroperasi. Rupanya para korban juga sudah tergerak untuk kembali beraktifitas dan berdikari.

Yang mengharukan adalah apa yang dilakukan oleh warga dusun Dasan Belek dan Dusun Tenggorong, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Lombok Utara yang merupakan korban gempa bumi Lombok yang kehidupannya masih jauh dari normal. 

Mereka mengumpulkan dana sumbangan dengan menjual pisang di pasar, "Hati kami terpanggil melihat bencana di Palu lebih dahsyat. Warga berdatangan bawa pisang. 

Ada pula yang menyumbang uang, dari Rp.5.000,- sampai dengan Rp.100.000,- per orang. Uang hasil penjualan pisang dan sumbangan dari dua dusun mencapai  Rp.12,5 juta," Ujar Putradi, kepala dusun Tenggorong. (Kompas, 07/10/2018)

Bantuan yang hingga hari ini  masih mengalir deras ke Palu, menunjukkan bahwa semangat memberi atau semangat tangan diatas masih membara di hati sebagian besar masyarakat Indonesia (dan manca Negara). 

Sebenarnyalah bahwa keberhasilan dan kebahagiaan hakiki dari seorang individu, kelompok, organisasi dan bahkan sebuah bangsa Negara, ditentukan seberapa jauh yang bersangkutan memenangkan spirit memberinya dibandingkan gairah meminta/menuntut.

Semangat memberi yang membara hanya mungkin muncul dari seseorang yang hatinya merasa cukup (qonaah), penuh rasa simpati, empati dan cinta kasih kepada sesama, tidak merasa lebih baik dan lebih tinggi dari orang lain. 

Semangat memberi juga akan membuat seseorang selalu  belajar dan  bekerja keras. Sebaliknya semangat meminta biasanya dimiliki oleh orang-orang yang merasa selalu kekurangan, malas berpikir dan malas bekerja.

Dalam salah satu ayat al qur'an Tuhan memerintahkan manusia untuk berderma/memberi baik diwaktu lapang (kaya) maupun sempit (miskin). Ada yang menarik bahwa beberapa ayat lain menggunakan kalimat, menganjurkan untuk memberi makan kepada orang kelaparan. Penggunaan kata menganjurkan berarti yang bersangkutan tidak harus memiliki  makanan terlebih dahulu.

 Dalam banyak  ayat, Allah SWT  memuji-muji orang yang memberi makan kepada yang lapar serta menyindir dan mencela orang orang yang tidak memberi makan. Dan hal ini sudah dipraktekkan oleh saudara saudara kita di dusun Dasan Belek dan dusun Tenggorong. (Lihat QS 3 :133; QS 58:4; QS 89:18; QS 90:14)

Sementara itu banyak juga hadits-hadits sahih yang membahas masalah pemberian (makan) ini. Salah satunya berbunyi ",Bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasululullah, "Perbuatan apa yg terbaik di dalam agama Islam? Maka Rasul menjawab, Yaitu kamu memberi makan kepada orang lain, dan kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal." (HR. Bukhari: 12 dan Muslim: 39). 

Ada ulama ahli hadits yang menjelaskan bahwa orang yang kamu kenal adalah orang yang seiman dengan kamu sedangkan yang tidak kamu kenal adalah orang non-muslim. Artinya kanjeng nabi mengajarkan agar kita senantiasa mampu memberi dan bersikap ramah baik terhadap sesama muslim maupun terhadap saudara-saudara kita yang non muslim.

Begitulah, semangat memberi bisa mekar secara kolosal kala bencana. Namun tidak demikian saat normal, terlebih pada musim politik sekarang ini. Orang-orang lebih banyak meminta dan menuntut. Misalnya kelompok mayoritas yang menuntut diistemewakan. 

Baru baru ini sekelompok warga  beragama A yang mayoritas disebuah kota tiba tiba menuntut supaya pihak berwenang menyegel tiga tempat ibadah agama B dengan alasan tempat  ibadah yang sudah puluhan tahun berdiri dan beroperasi itu tidak memiliki IMB. 

Anehnya penguasa dan aparat di kota itu menuruti tuntutan yang tidak sesuai konstitusi Negara ini. Beberapa saat sebelumnya terjadi di propinsi lain, orang orang berteriak, mayoritas penduduk propinsi ini beragama A maka kami menuntut gubernur kami harus beragama A. 

Adakah yang berpikir, apa yang terjadi jika masyarakat di daerah lain yang mayoritas beragama B kemudian melakukan hal yang sama  !? "Gempa" dahsyat yang tak ayal lagi bakal mengguncangkan kohesi sosial di wilayah tersebut dan merambat diseluruh wilayah nusantara.

Padahal bagi bangsa yang super majemuk seperti Indonesia, tidak ada modal sosial yang lebih penting bagi keberlangsungan negara selain modal kohesi sosial ( Yudi Latif, 2018). 

Dan cara yang paling efektif untuk melestarikan dan mengembangkan kohesi sosial adalah dengan menyemai semangat memberi dan melayani sekaligus menekan hasrat meminta dan menuntut.

Kemudian permasalahan krusialnya adalah bagaimana menyemarakan semangat memberi tanpa menunggu  datangnya bencana. 

Keteladanan tulus dari para pemimpin, tokoh dan public figure. Lakukan blusukan di seluruh wilayah "kekuasaan" anda, cari orang orang tua yang terlantar, janda janda miskin dan anak-anak yatim, entaskan mereka dari kemelaratan dengan kekuasaan dan kekayaan yang anda miliki. 

Rakyat anda akan menyimak itu, dan kemungkinan besar mereka akan terpanggil untuk melakukan hal yang sama.

 Anak-anak yang terbiasa melihat orang tuanya secara rutin menyantuni anak yatim dan fakir miskin, tentu akan tertanam di dalam jiwanya bahwa nanti jika sudah bisa mencari uang sendiri, aku akan meneladani apa yang sudah dilakukan oleh bapak saya.

Dan semangat memberipun akan ngrembaka meski bencana alam tidak sedang terjadi.

Semoga !   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun