Mohon tunggu...
Yansean Sianturi
Yansean Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - learn to share with others

be joyfull in hope

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Sandi Menuju Pilpres 2024

5 Januari 2023   12:05 Diperbarui: 5 Januari 2023   17:13 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tensi politik tanah air terasa semakin naik pada awal tahun ini, apalagi para parpol peserta pemilu 2024 telah ditetapkan oleh KPU. Tepatnya pada  bulan Oktober 2023 nanti, tahapan pencalonan Presiden dan Wapres juga akan dilaksanakan. Seirama dengan itu para lembaga survei sepertinya tidak mau ketinggalan dan telah menyajikan berbagai temuan data sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Hasilnya urutan tiga teratas elektabilitas Capres diisi oleh nama-nama, yaitu : Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo. Sedangkan elektabilitas Cawapres berdasarkan rilis dari Indikator Politik Indonesia, ada tiga nama teratas adalah  Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Menarik memang, sosok Sandiaga Uno jika disimulasikan pada bursa Capres 2024 elektabilitasnya berkisar hanya 2%, jauh dibawah Ganjar, Anies dan Prabowo. Padahal Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini telah menyatakan siap maju sebagai Capres pada pilpres nanti. Hal ini pernah diucapkan beliau pada saat silaturahmi dengan beberapa pengurus daerah PPP. Jika ingin diusung oleh Gerindra, hampir pasti mustahil karena rapimnas partai telah menetapkan Prabowo sebagai Capresnya. Sandi, adalah panggilan akrabnya sebenarnya memiliki modal cukup untuk menjadi capres. Hal ini dapat dilihat dari pengalaman bekerja di pemerintahan, popularitas sebagai cawapres saat Pilpres 2019, hingga modal logistik. Apalagi elektabilitas para capres yang ada saat ini juga tidak ada yang memiliki persentase suara dominan, artinya kontestasi masih cair dan semua calon masih terbuka peluangnya. Namun nasehat dari orang tua zaman dulu yang mengatakan bahwa idealisme juga perlu disesuaikan dengan realita kondisi perpolitikan yang ada, tidak ada salahnya untuk dilakukan. Jika ingin ngotot tetap maju sebagai Capres tentunya tidak cukup hanya mengandalkan dukungan dari PPP saja dan perlu energi yang lebih besar lagi.  Maka penyesuaian disana-sini perlu dilaksanakan namun proses dan pencapaian tujuan masih bisa dilaksanakan.

Kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya ini merupakan modal kuat apabila ingin berpasangan kembali dengan Prabowo. Duet ini punya pengalaman berhadapan dengan Jokowi saat pilpres 2019. Praktis seluruh pemilih di negeri ini pada saat pemungutan suara sebelumnya telah memiliki history atau pengalaman, minimal pernah melihat pasangan ada pada kertas pencoblosan.

"Suatu pesan yang sama yang senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat
diingatnya pesan tersebut. Pengulangan pesan suatu iklan dapat menyebabkan perubahan
dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku konsumen (Kardes, 2001:162)"
.

Teori stimulus melalui pengulangan iklan ini merupakan salah satu dari sekian teknik pemasaran yang ampuh. Teori ini menyatakan bahwa semakin sering manusia diberikan rangsangan mengenai sesuatu (produk), maka kemungkinan perubahan sikap sesuai yang diharapkan dapat terjadi. Konsumen yang dulu tidak berminat namun sering diberitahu atau diberikan penjelasan, maka dapat berubah menjadi tertarik dan ingin membeli. Begitu juga dengan politik praktis yang tidak bisa dipisahkan dari ilmu pemasaran. Pesan yang sering diucapkan berulang dalam kampanye politik maka akan tertancap dan diingat oleh para pemilih serta bisa merubah pilihannya.

Permasalahannya adalah proses pencalonan capres dan cawapres tidak sesederhana yang diperkirakan oleh banyak orang. Partai Gerindra mengalami kesulitan jika ingin mewujudkan, agar pasangan ini kembali maju pada pilpres 2024. Sulit, karena terbentur syarat presidential threshold 20% dari jumlah kursi DPR. 

Kondisi ini mengakibatkan kendala untuk melakukan kerjasama dan koalisi antar parpol hingga saat ini belum final. Memang benar, PKB sudah ada penjajakan koalisi dengan Gerindra dengan tujuan supaya Ketumnya yaitu Muhaimin Iskandar mendapat tiket pada Pilpres 2024. Namun, penjajakan koalisi belum sampai pada tahap mengusung siapa yang akan menjadi Capres maupun Cawapres. Bisa saja PKB berbalik dari Muhaimin dan mendukung Sandiaga atau sebaliknya batal berkoalisi dengan partai Gerindra. Jika batal, Pertanyaan berikutnya adalah apakah Sandiaga Uno atau partai Gerindra mampu mengajak PPP termasuk partai lainnya berkoalisi untuk memenuhi syarat presidential threshold? Jika mampu dan menjadi kenyataan maka calon pasangan ini yaitu : Prabowo-Sandi akan sulit dikalahkan.

Politik dikenal tidak hanya sebagai ilmu yang dipelajari di kampus-kampus. Politik adalah suatu seni untuk meramu yang sulit dan hampir mustahil menjadi niscaya dan mungkin terjadi. Dalam politik segala sesuatu bisa terjadi, apalagi di menit-menit terakhir (injury time) layaknya pertandingan sepak bola. Perbedaan antar parpol yang mungkin saja ada saat ini, nantinya akan dipersatukan oleh kepentingan untuk berkuasa.

Salam Demokrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun