Mohon tunggu...
Yansean Sianturi
Yansean Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - learn to share with others

be joyfull in hope

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Langkah Zig-Zag Demokrat (AHY)

8 Juni 2019   11:50 Diperbarui: 10 Juni 2019   05:20 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://asset.kompas.com/crop/193x182:811x593/750x500/data/photo/2019/06/05/3933105231.jpg

Momen Idul Fitri 1440 Hijriah yang baru saja kita lalui bersama, telah digunakan oleh para putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yaitu, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY) untuk bersilaturahmi ke Presiden Jokowi dan Ibu Megawati Soekarno Putri. Makna dalam kunjungan tersebut, selain untuk  bermaaf-maafan juga memberi contoh teladan yang baik yaitu "budaya santun bahwa yang muda mendatangi yang lebih tua". Terlepas dari urusan politik, mengenai pendapat berbagai pihak, ada yang menyebutnya sebagai sinyal ingin pindah koalisi atau minta jatah menteri, langkah tersebut merupakan langkah jitu dan brilian serta patut diacungi jempol.

Bukanlah menjadi suatu rahasia umum dan rakyat Indonesia sudah mengetahui pasang-surutnya hubungan komunikasi antara mantan Presiden yaitu, Megawati dan SBY. Bahkan, ketika SBY sebagai Ketum Partai Demokrat pada pilpres lalu mengumumkan di media ikut bergabung ke koalisi 02, salah satu faktor hambatannya yang diucapkan oleh beliau adalah karena kurangnya komunikasi dengan Megawati. Namun saat ini arah angin telah berubah, benar ucapan berbagai ahli bahwa dalam politik, "segala sesuatu tidak ada yang abadi, yang abadi hanya kepentingan belaka". Pro dan kontra terus menggema di ruang publik beberapa hari ini sebagai dampak dari silahturahmi tersebut. Ada yang mendukung bahkan juga ada yang mengatakan dan mencemooh bahwa, "silahturahmi, karena hasrat ingin pindah koalisi dan minta jatah menteri untuk mengamankan panggung Pilpres dan Pileg 2024, nanti".

Istilah dalam politik segala sesuatu tidak ada yang mustahil dan semua serba mungkin, bukanlah isapan jempol belaka. Politik, bukanlah ilmu matematika yang hasil akhirnya bersifat mutlak dan pasti. Politik, selain sebagai bidang ilmu juga merupakan suatu seni untuk selalu mencari terobosan baru serta memecah kebuntuan serta bekerja sama dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kemampuan untuk melakukan sesuatu hal yang berbeda serta tidak terduga sebelumnya, baik itu oleh kawan maupun lawan mutlak diperlukan. Silahturahmi kemaren mampu mencairkan suasana dan menurunkan ketegangan di akar rumput sebagai akibat luka pilpres dan menunjukan bahwa politik itu luwes serta tidak kaku. Silahturahmi tersebut telah memberikan pelajaran baru bagi kita semua, yaitu mengenai sikap yang baik dalam berdemokrasi. Perbedaan politik bukanlah penghalang bagi persaudaran dan hubungan kemanusiaan. AHY dan EBY telah memainkan gendang dalam panggung yang telah dibuatnya dan membuat tanda tanya besar, baik itu oleh kubu koalisi maupun saingan koalisi pilpres.

Momen silahturahmi ini telah menjadi tontonan menarik dan mendapat poin tersendiri, baik itu bagi AHY maupun partai demokrat. Terlepas, apakah nanti masih berada di koalisi BPN atau pindah ke TKN (Jokowi) momen kemaren telah menarik simpati dan rasa ingin tahu rakyat Indonesia. Langkah tersebut merupakan konfirmasi dan menegaskan bahwa partai demokrat bukanlah partai oposisi seperti yang dianggap oleh beberapa orang selama ini. Partai demokrat memainkan peranannya sebagai "partai penyeimbang" yang akan terus menjaga kehidupan demokrasi bangsa ini. Peran penyeimbang terlihat jelas, selain kritis terhadap pemerintah juga mampu memberikan saran terhadap rekan kubu koalisi dengan menolak people power dan mendorong kubu 02 agar menggugat ke MK. Keluarga SBY dan partai demokrat memainkan peran posisi di tengah yang akan menambah khasanah budaya politik baru di negeri ini dengan menempatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan partai maupun kelompok.

Perkiraan banyak pihak bahwa partai demokrat akan pindah koalisi tentunya, bukanlah hal yang mudah. Seperti diketahui bersama bahwa Ayahanda dari Ibu Ani Yudhoyono dahulu pernah berada dalam satu barisan dengan Pak Harto dalam menumbangkan Bung Karno (orde lama). Mampukah AHY berperan sebagai motor penggerak untuk membuka lembaran baru dan membuang sekat historis tersebut? Pertanyaan berikutnya adalah maukah Jokowi, Megawati dan PDIP bergandengan tangan dengan partai demokrat untuk lima tahun kedepan? Jalan terjal ini, tidaklah begitu mudah saja untuk ditempuh, masih perlu melalui beberapa tahapan berikutnya. Tentunya SBY dan partai demokrat saat ini telah memiliki hitungan sendiri dan mengkalkulasinya serta ingin terus memelihara harapan pada tahun 2024, nanti.

Akhir kata,

Melihat kondisi bangsa saat ini, memang diperlukan adanya suatu elemen anak bangsa yang bisa memainkan peran posisi di tengah agar suhu politik menjadi lebih dingin dan cair. Arus politik baru dengan layar biduknya yang telah dikembangkan  oleh demokrat perlu diberikan ruang selebar-lebarnya dalam perpolitikan Indonesia. Mata rakyat Indonesia sekarang sedang memandang serta ingin melihat hasil akhirnya. Namun, jika memang benar demokrat jadi pindah koalisi bukanlah tanpa resiko, tentu ada juga resikonya yaitu kemungkinan ditinggal oleh para pendukungnya yang pro pada Capres 02.

Apakah keluarga SBY dan partai demokrat berani untuk menerima resiko ini? Mari, sama-sama kita tunggu dan lihat.

Hasil pilpres bukanlah segalanya, tetapi merupakan awal untuk bersatu padu dan membangun bangsa kembali. Maju terus SBY, AHY dan EBY warnai dengan tinta yang baru serta terus goreskan agar bangsa ini semakin berhasil ke depan. Langkahkan terus partai demokrat dan mainkan serta arungi terus gelombang hingga tahun 2024, percaya keberhasilan akan didapatkan.

Salam Demokrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun