Mohon tunggu...
Yansean Sianturi
Yansean Sianturi Mohon Tunggu... Lainnya - learn to share with others

be joyfull in hope

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaya Hidup dan Karakter Pancasilais

1 Juni 2018   15:23 Diperbarui: 1 Juni 2018   16:51 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://statik.tempo.co/

Lompatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti oleh perkembangan media online, telah merubah wajah dunia. Kemajuan media online di satu sisi memberikan kemudahan bagi manusia, cukup dengan satu atau dua kali klik aplikasinya, maka barang pesanan akan segera tiba di rumah. Harga beberapa item barangpun menjadi lebih murah sebagai akibat dari terpangkasnya biaya distribusi.

Peristiwa yang terjadi di belahan ujung bumi yang satu dalam hitungan detik dapat menjadi viral dan diketahui di belahan ujung bumi yang lain. Semua warga dunia tanpa terkecuali, bisa membuat dan menjadi pewarta berita yang dikenal dengan istilah warga net.

Namun, dibalik semua keuntungan dan kelebihan pola hidup yang telah dipaparkan di atas juga memiliki akibat dan konsekuensi negatif. Dampaknya, disadari atau tidak generasi saat ini telah mengikuti pola dan gaya hidup milenial agar tidak tertinggal dan tetap eksis. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia pada generasi ini cenderung bersifat individualistik dan materialistik.

Segala sesuatu mau tidak mau, diukur dari apa yang dimiliki dan apa yang mau dibeli sehingga tidak jarang ada yang terjerumus pada kasus korupsi. Budaya hidup kosmopolitan dengan tampilan glamour dan kemewahannya berhadapan dengan kemiskinan yang dialami oleh manusia lainnya. Tiada suatu Bangsa pun di muka bumi ini yang dapat bertahan dan menolak arus modernisasi budaya global.

Dunia pendidikan sebagai benteng pertahanan karakter dan budaya suatu bangsa juga tidak luput dari dampak kemajuan media komunikasi dan informasi. Pendidikan mengalami tantangan dengan apa yang disebut dengan istilah "e-learning" atau belajar online. Penelitian menunjukkan generasi milenial lebih senang belajar secara online dibandingkan tatap muka bertemu guru.

Bahkan untuk belajar membuat "bom"pun seseorang bisa melakukannya secara online tanpa perlu bimbingan orang lain. Melihat maraknya berita hoax dan ujaran kebencian serta kekerasan, apakah merupakan kegagalan internalisasi nilai-nilai Pancasila pada dunia pendidikan? Lalu metode apa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila melalui pelajaran pendidikan kewarganegaraan? Cara seperti apa untuk menanamkan nilai cinta tanah air dan bela negara yang efektif? Belum lagi masalah lainnya, yaitu bagaimana agar pengajaran materi Pancasila dapat lebih kekinian dan menyesuaikan dengan perkembangan jaman?

Melemahnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, menipisnya solidaritas ditengah masyarakat,dsb. Telah terjadi dalam generasi kita. Keadaan ini mempertanyakan kita sejauh mana pendidikan karakter mampu menjawab dan memberikan jalan keluar atas krisis pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Hari ini, tepatnya setiap tanggal 1 Juni Bangsa Indonesia memperingatinya sebagai hari lahirnya Pancasila. Pada tanggal tersebut, Bung Karno mengucapkan kata "Pancasila" sebagai dasar negara di sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sejak terbentuknya, bangsa ini bersifat majemuk yang menunjukkan keaneka-ragaman suku, budaya, bahasa dan agama. Namun, karena merasa senasib dan seperjuangan melawan penjajahan, kemudian para pendiri bangsa ini sadar dan tidak ingin terpecah-belah hanya oleh karena perbedaan.

Prinsip-prinsip dasar ini dikemukakan oleh para pendiri bangsa berdasarkan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang digali dan bersumber dari nilai-nilai budaya, agama, toleransi, gotong-royong serta musyawarah dan mufakat. Nilai-nilai inti yang terkandung dalam Pancasila yaitu, Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan Sosial telah dimiliki Bangsa sejak jaman dahulu.

Tajamnya persaingan terkait pilkada dan pilpres tahun 2019, terkadang sering mengabaikan nilai-nilai sopan-santun yang merupakan karakter bangsa. Janganlah karena memperjuangkan kepentingan kelompok dan golongan tetapi persatuan malah dikorbankan. Padahal bangsa ini perlu panutan dan contoh dari perilaku para pemimpinnya. Seluruh komponen bangsa perlu bersatu dan menguatkan nilai-nilai Pancasila melalui keluarga, sekolah, tempat ibadah bahkan lingkungan masyarakat sekitarnya sehingga bisa menjadi gaya hidup dan karakter bangsa.

Selamat Hari Pancasila

Salam Demokrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun