Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gunakan Fitur "Delete"

31 Mei 2017   08:16 Diperbarui: 31 Mei 2017   08:19 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam hitungan detik, tiba-tiba Whatsapp dipenuhi berita dan foto-foto mengerikan yang menggambarkan kejadian sebuah bis yang menyeruduk motor sehingga mengakibatkan puluhan orang meninggal. Berita yang dikirimkan menjelaskan tempat dan bagaimana kecelakaan terjadi. Selain itu dilengkapi pula dengan puluhan gambar dan video pendek yang memvisualkan kejadian setelah kecelakaan tanpa ada sensor. Terlihat darah, potongan tubuh, motor ringsek, kerumunan orang, dan tangkapan gambar lain yang terlalu pilu untuk disajikan dalam kata-kata.

Berita beserta gambar-gambar, sebagian diterima dari perseorangan dengan tujuan (mungkin) memberitahukan tentang kejadian memilukan yang menimpa sebagian warga negara Indonesia yang menjadi korban. Sebagian besar diterima dari group yang secara berantai mengirimkan berita yang sama, sehingga beritanya menjadi viral.

Sebuah berita beserta gambar dan video dalam hitungan detik dapat tersebar dengan cepat seolah air bah yang menerjang apapun yang dapat dilaluinya. Berita di atas, tanpa diminta, masuk ke Whatsapp siapapun tanpa ampun ketika ada ujung jari yang mengirmkan berita tersebut dengan memanfaatkan fitur 'share' atau bagikan.

Bangsa kita sangat beruntung dalam hal menggunakan manfaat dari keberadaan gawai. Berbeda dengan negara lain, misalnya Beijing, warga negara diberi keterbatasan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Di Beijing tidak tersedia layanan Google dan Whatsapp. Kondisi Indonesia yang memberikan warganya bebas memanfaatkan setiap fitur yang ada pada gawai harus diberi perhatian khusus terutama kepada para warga non digital.

Anak-anak dari generasi Z yang lahir dan dibesarkan dalam dunia digital dan bahkan menjadi warga digital, memanfaatkan gawai dan kiriman-kiriman teks dengan cara yang berbeda dengan orangtuanya yang bukan warga dunia digital. Para Orangtua generasi Z (yang mungkin juga bukan generasi baby boomer) menggunakan media sosial seperti misalnya IG, Line, Telegram, Whatsapp, Facebook sebagai bagian dari upayanya untuk menjadi warga dunia dunia digital. Sambil belajar mengenali fitur, sambil terbata-bata pula mencoba memanfaatkan setiap fitur yang disediakan.

Sebagai contoh, tidak sedikit para orang tua menjadi pengguna Whatsapp pemula. Mereka mencoba menggunakan copy dan share untuk mengenal apa saja yang dapat dilakukan Whatsapp. Ketika sedikit mahir, setiap ada berita yang menurutnya menarik dan layak dibaca oleh orang lain, segera di-copy dan dishare. Tanpa menanyakan kepada dirinya sendiri terlebih dahulu apakah orang yang dikirimi sekiranya merasa terganggu, merasa perlu, merasa berita tersebut sesuai dengan yang dicarinya atau tidak. Misalnya ketika dari Group yang diikutinya memuat teks panjang tentang hal-hal terkait obat, terkait syiar agama, terkait guyon, tanpa pikir panjang, di klik, di copy, dan di share seolah ada tuntutan virtual untuk segera menyebarkan berita tersebut. (Atau jangan-jangan merasa takut, karena pada teks memuat ancaman, kirim pada 100 orang sehingga anda menjadi selamat).

Tidak semua berita (teks dalam bentuk tulisan, gambar, video, audio) yang ada pada media sosial (misalnya Whatsapp) diperlukan oleh kita juga orang lain. Berita-berita yang memprovokasi, mengandung kebohongan, membawa ketakutan sebaiknya di delete. Gunakan delete untuk menghentikan berita yang akan menjadi sampah pada gawai saudara kita.

Sangat bijaksana jika mulai belajar menggunakan delete. Menggunakan delete membantu penerima selamat secara memori dan biaya. Terlepas dari pendapat pribadi bahwa bukan urusan penerima ketika dikirimi teks, namun sebagai warga negara yang literat yang sedang sama-sama belajar memanfaatkan teknologi tidak ada salahnya sesekali mencoba menggunakan delete ketimbang copy dan share.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun