Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kembi sebagai Lahan Latihan Pembiasaan Selama PJJ

8 Desember 2020   22:07 Diperbarui: 9 Desember 2020   06:18 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala SMP IT Magnet School (kiri), Septi (tengah), dan Badriah  (kanan) mendiskusikan aksi nyata guru penggerak  (Dokpri)

Para murid yang bersekolah di boarding school (pendidikan kepesantrenan) mendapatkan interaksi guru dan murid dalam waktu 24 jam per hari dan 7 hari per minggu. 

Kekerapan interaksi yang tinggi ini memungkinkan guru untuk memberikan bimbingan dan layanan seolah tanpa jeda. Para murid memperoleh kemajuan dalam sikap, belajar, dan keterampilan yang kentara dalam waktu yang relatif singkat. 

Sebagai contoh, keterampilan mengurus diri sendiri mulai dari merapikan tempat tidur, mencuci baju sendiri,  membersihkan kamar sendiri, sampai membersihkan wc, semuanya dikuasai dalam waktu kurang dari satu semester. 

Keterampilan mengurus diri yang relatif mudah dikuasai para murid yang tinggal di boarding school  menjadi keterampilan pasif ketika para murid tidak tinggal di pesantren.

Para murid meninggalkan kebiasaan baik yang telah dikuasai seperti  berupa keterampilan mencuci piring, membersihkan kamar sendiri, membersihkan halaman rumah, menyiram tanaman semuanya ditinggalkan. Alasan bahwa di rumah tempatnya beristirahat dari kehidupan pesantren dan di rumah semua pekerjaan domestik sudah ada yang mengerjakan. 

Kondisi pembelajaran jarak jauh dimana para murid kembali ke rumah orangtua dan belajar dari rumah mengakibatkan para murid meninggalkan kebiasaan baik mengurus diri.  Kegiatan mengurus rumah yang telah biasa dilakukan di pesantren ditinggalkan. 

Septi N, calon guru penggerak dari SMP IT Magnet School, memandang  perlu untuk mengembalikan kebiasaan mengurus diri di pesantren untuk dilakukan di rumah. Kembali biasa (Kembi) merupakan upaya menghidupkan kebiasaan baik yang sudah menjadi bagian keseharian kehidupan boarding school untuk dilaksanakan di rumah para murid masing-masing. 

Memenuhi Kembi, Septi berdiskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawatnya.  Hasil diskusi, sekolah sebagai lembaga menyetujui Kembi untuk dilaksanakan melibatkan seluruh  murid.  

Namun,  gagasan Kembi ini sebagai aksi nyata Septi sebagai peserta kegiatan guru penggerak, maka sejauh mana Kembi ini membantu para murid terbiasa mengurus diri dan rumah, penggalian informasi diambil dari para murid yang diwalikelasinya.

Danish dan Riffat, dua dari lima murid Septi yang bersedia menjadi responden menyatakan bahwa Kembi mengembalikannya pada suasana kehidupan pesantren. Melengkapi atmosfer suasana pesantren yang bisa diperoleh dari rumah, para murid diberikan layanan ekstra. 

Septi memberikan klinik belajar dan pantauan mendekati 24 jam per hari untuk memastikan muridnya mendapatkan layanan layaknya di boarding boarding school.  

Lebih lanjut Danish dan Riffat  mengaku bahwa Septi,  sebagai wali kelas,  telah banyak membantu banyak untuk kemajuan belajar.  Secara khusus, salah satu murid,  Heru, merasakan Kembi, layanan pembelajaran, dan klinik belajar membuatnya merasa dapat mensejajarkan dirinya dengan teman-teman sekelasnya dalam hal mengelola waktu untuk belajar serta menyelesaikan tugas-tugas selama belajar dari rumah.

Pengumpulan informasi pelaksanaan Kembi via zoom (Dokpri)
Pengumpulan informasi pelaksanaan Kembi via zoom (Dokpri)
Kembi dan klinik belajar sebagai lahan untuk para murid melatih diri mereka sendiri menguasai keterampilan mengurus diri dan rumah. Sedangkan klinik belajar menjadi lahan untuk memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk menguasai materi ajar. PJJ dan BDR tidak terasa terlalu berbeda. Suasana boarding school dapat dirasakan di setiap rumah melalui Kembi dan klinik belajar.  

Rekan sejawat Septi, Arum dan Gilang,  mengakui bahwa Septi merupakan guru kreatif, waka kesiswaan yang selalu punya solusi untuk membantu muridnya mendapatkan pengalaman belajar dalam kondisi apapun.

Sebagai guru penggerak,  Septi merasa tertantang untuk mampu menjadi guru yang dapat membantu muridnya menjadi dirinya sendiri.  Upaya yang dilakukannya, Kembi dan klinik belajar, merupakan aksi nyata yang dirancang dan dilaksanakan secara terprogram sehingga  perubahan sikap pada diri murid terbentuk.

Masih banyak aksi nyata lainnya yang sedang dirancang Septi. Sebagai guru penggerak menjadi misinya untuk merawat muridnya sehingga tumbuh dan berkembang  menjadi individu yang kamil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun