Mencuci alat makan sendiri menjadi pelajaran penting yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kehidupan keluarga, setiap orang mencuci alat makan yang dipakainya sendiri. Cara ini melatih tidak ada piring atau alat makan yang menumpuk di basin menunggu dicuci.
Keempat, belajar mengelola sampah makanan. Para siswa diajari membongkar karton susu sedemikian rupa sehingga menjadi seperti lipatan kertas. Kemudian sampah karton bekas susu tersebut dikumpulkan, dimasukkan pada tempat yang disediakan untuk karton.
Sedangkan sampah lainnya, dikumpulkan sesuai kategori dan disimpan pada tempat yang disediakan. Pembiasaan memilah sampah yang efektif karena dilakukan setiap hari dan sejak kanak-kanak.
Bagaimana dengan siswa kita?
Mengantisipasi tidak disediakannya makanan dari sekolah (pemerintah), beberapa sekolah menyiasati jaminan makanan dengan menyediakan kantin sehat. Sehat dalam arti makanan yang dijual tidak mengandung zat-zat berbahaya.
Sekolah secara reguler memeriksa makanan yang dijual di kantin. Cara ini memberikan sumbangan yang baik untuk makanan yang dikonsumsi siswa selama berada di sekolah.Â
Berlawanan dengan sekolah yang berusaha mengontrol makanan yang dijual di kantin dan tempat jajanan sekolah, masih ada sekolah yang tidak mengatur dan memberikan syarat kesehatan untuk makanan yang dijual di kantin sekolah.
Kantin seperti ini menjadi sumber bahaya yang nyata bagi siswa. Kantin secara bebas menjual makanan yang membahayakan kesehatan siswa.Â
Sebagai contoh kasus, di sebuah rumah sakit ada seorang siswa dirawat. Menurut dokter, siswa yang dirawat ini usus buntu dan harus dibuang. Penyebabnya adalah makanan.
Siswa tersebut mengaku sangat menyukai seblak. Makanan pedas terbuat dari bahan campuran mi, bakso, sosis, telur, dan seabreg cabai. Terdapat pilihan level pedas. Siswa ini menikmati setiap sendok seblak yang sangat pedas. Sementara untuk makanan lain, dia kurang menyukainya. Menurutnya tidak menantang.Â