Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Alun-Alun Cianjur Alternatif Wisata di Bulan Puasa yang Instragamble

16 Mei 2019   20:28 Diperbarui: 16 Mei 2019   20:35 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Al-Quran di Alun-Alun Cianjur

Cianjur sebagai sebuah kota kecil yang semula dikenal sebagai kota Tauco, kini memiliki destinasi wisata baru yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tanggal 8 Fenruari 2019 lalu. Tempat wisata ini berada di jantung kota Cianjur, disebut Alun-alun Cianjur. Sesuai namanya, Alun-alun Cianjur adalah lapangan terbuka yang siapa saja boleh masuk dan tidak dipungut biaya.

Bagi kebanyakan orang yang berduyun-duyun datang ke Alun-alun Cianjur, mereka datang karena tempat ini Instragramable. Spot alun-alun memang bagus ketika tertangkap kamera, sesungguhnya tempat wisata ini menggambarkan tiga pilar budaya Cianjur, yakni Ngaos, Mamaos, dan Maenpo. Ketiga pilar ini selain digambarkan dalam bagian dari Alun-alun Cianjur, diwakili pula oleh keberadaan Alun-alun Cianjur yang merupakan satu kesatuan dengan Mesjid Agung Cianjur dan Pendopo.

Sebelum berubah menjadi seperti sekarang ini, tempat ini dibangun mulanya pada masa pemerintahan Belanda pada tahun 1780. Bangunan yang menjadi tempat pemerintahan adalah Pendopo. Di depan Pendopo itulah letaknya alun-alun Cianjur. Di samping kiri alun-alun Cianjur terletak Mesjid Agung. Lurus dengan Pendopo, alun-alun Cianjur, dulu ada Pasar Induk. Kini pasar induk dipindahkan ke wilayah Pasir Hayam dan kawasan alun-alun Cianjur dioptimalkan menjadi kawasan terbuka yang bisa mengedukasi.

Alun-alun Cianjur memiliki luas lahan sekitar 2 hektare yang kesemuanya dimanfaatkan untuk membuka wawasan mengenai budaya dan kearifan lokal Cianjur. Jika kita masuk ke alun-alun Cianjur dari pintu arah Utara, kita akan diselamat-datangi oleh gerbang besi yang dihiasi 2 ekor ayam jago. Melewati gerbang, kita akan disambut oleh sederetan pemandangan yang menyejukkan mata. Kolam berbentuk perahu dimana pada bagian buritannya berdiri megah tugu Al-Qur'an terbuka untuk mewakili pilar pertama Cianjur yaitu Ngaos.

Ngaos secara harfiah artinya membaca. Membaca Al-Qur'an merupakan kegiatan keseharian masyarakat Cianjur yang merupakan kota santri. Membaca yang dimaksudkan pilar budaya Cianjur, lebih dari sekadar membaca huruf atau tulisan (Al-Qur'an ataupun Latin). Namun membaca segala hal. Membaca hidup, membaca alam, membaca hati dan hal lain yang sifatnya meneliti, menelisik sehingga melahirkan pemahaman yang lebih baik mengenai diri sendiri, orang lain, dan kehidupan ini.

Selanjutnya, di bawah tugu Al-Qur'an terdapat kolam yang diselilingnya ditutup dengan rumput sintetis yang bersih. Tidak sedikit dari pengunjung yang tiduran atau duduk-duduk menikmati rumput sintetis sambil berfoto. Jika melihat ke samping kiri, kita akan melihat sebuah tempat seperti tempat stadium yang tempat duduknya berundak. Pada dinding bagian atasnya terdapat patung-patung yang menggambarkan gerak pencak silat. Itu adalah pilar kedua Cianjur yaitu Maenpo. Salah satu gerak silat yang terkenal dari Cianjur adalah Maenpo.

Maenpo berasal dari kata maen teu aya tempo atau melakukan gerak tanpa ada jeda. Seni bela diri ini selain dapat digunakan untuk membela diri, namun sesungguhnya digunakan membentengi diri dari sifat jumawa dan sombong.

Dekat dengan lahan yang bentuknya seperti stadion, terdapat panggung untuk menyajikan seni khas Cianjur, yakni tembang Cianjuran. Pada dinding di belakang panggung ini terdapat hiasan berbentuk seruling. Seni tembang Cianjuran dimainkan dengan menggunakan seruling dan kecapi.  Cianjuran menjadi pilar ketiga Cianjur yakni Mamaos. Mamaos secara harfiah artinya bernyanyi. Pilar ini menggambarkan bahwa karakter masyarakat Cianjur ditandai dengan keindahan seni dan moral yang tinggi, ucapannya halus, santun, dan ramah. Oleh karenanya Bahasa Sunda masyarakat Cianjur merupakan Bahasa Sunda terhalus di antara kabupaten-kabupaten lain yang sama-sama menggunakan Bahasa Sunda.

Di seberang alun-alun Cianjur terdapat pendopo yang memiliki nilai historis. Bangunan pendopo itu sendiri sudah tentu menjadi historis, terdapat benda-benda lain yang masih harus digali unsur sejarahnya, salah satunya dalah lonceng yang berada di depan pendopo.

Lonceng  penuh misteri yang ada di area Pendopo Cianjur
Lonceng  penuh misteri yang ada di area Pendopo Cianjur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun