Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Menghilangkan Rasa Takut pada Saat Berbicara di depan Publik

28 April 2019   07:44 Diperbarui: 28 April 2019   07:54 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang siswa sedang mengikuti lomba mendongeng dalam bahasa Inggris

Keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris bagi siswa SMP dan SMA sesekali dituntut untuk ditunjukkan di depan publik. Publik dalam lingkup terkecil adalah teman sebangku. Publik dalam lingkup lebih besar adalah guru dan teman satu kelas.  Publik dalam arti luas dan jumlahnya tidak terbatas adalah pendengar di luar kelas, misalnya seluruh siswa dan guru pada satu sekolah, seluruh juri dan penonton pada satu lomba. 

Berbicara untuk publik dalam lingkup kecil ataupun besar, bagi beberapa siswa, sama saja menakutkannya. Seperti disampaikan seorang ahli, berbicara depan publik merupakan ketakutan nomor satu, dan ketakutan kedua adalah kematian.

 Mengapa mati menjadi ketakutan nomor kedua? Menurut Jery Sienfield, jika seseorang pergi ke pemakaman, daripada diminta pidato lebih baik ada di dalam peti mati. Dengan kata lain, berbicara untuk publik (pidato misalnya) sangat menakutkan.

Bagi siswa SMP dan SMA berbicara di depan publik, salah satunya adalah pada saat mengikuti lomba. Untuk Bahasa Inggris lomba yang menuntut kepiawaian berbicara di depan publik diantaranya speech (pidato) dan storytelling (mendongeng). Mengapa para siswa merasa takut untuk berbicara di depan publik? Banyak alasan yang melatarbelakanginya. Salah satunya adalah perasaan khawatir ditertawakan. 

Di dalam kelas, sebagai miniatur publik di masyarakat, pada saat pembicara melakukan kesalahan, atau menunjukkan kejanggalan, reaksi tidak terdidiknya adalah berteriak huuu atau tertawa. Tentu ini meninggalkan trauma bagi orator pemula. Alasan lainnya diantaranya adalah takut lupa, takut tidak bisa menjawab jika di tanya, takut gugup, takut pingsan dan ketakutan-ketakutan lainnya. 

Mengikuti lomba mendongeng atau berpidato dalam bahasa Inggris, bagi siswa yang memandang bahwa bahasa Inggris adalah bahasa asing, ketakutan yang dirasakannya berlipat ganda. Pertama takut untuk tampilnya itu sendiri, kedua takut jika ucapannya tidak dipahami, ketiga takut jika lupa teks, keempat takut jika lupa kata apa yang harus diucapkan selanjutnya. 

Ketakutan yang berlebihan membahayakan penampilan. Hal pertama yang harus disadari adalah berbicara di depan publik tidak ada bedanya dengan berbicara kepada seseorang, yakni menyampaikan sebuah gagasan. 

Agar gagasan tersebut sampai kepada yang dituju, maka berbicara harus dengan tenang, penuh percaya diri, memilih kata yang efektif dan tepat, jeda yang membantu pendengar menangkap makna yang sedang disampaikan, pengucapan dan intonasi yang benar. Jika semua itu telah dilaksanakan, maka dengan sendirinya pembicaraan yang sedang disampaikan tidak akan ditertawakan, atau dibiarkan pendengar.

Bagaimana jika pada saat berbicara di depan publik kemudian lupa teks? Misalnya pada sebuah lomba pidato atau mendongeng, tiba-tiba blank, semuanya kosong, seluruh yang telah disiapkan dan dihafalkan lupa. Glassophobia atau rasa takut yang muncul dan menyebabkan lupa semua yang telah dihafal karena berbicara di depan publik bukan merupakan hal yang tidak bisa ditangani. 

Dalam kasus ketika berbicara pada sebuah lomba, pada saat lupa hal pertama yang harus dilakukan ingat bahwa ini sedang lomba dan waktu yang disediakan untuk berbicara harus dipenuhi. Jika lupa teks, tidak salah jika melakukan improvisasi. 

Artinya mengisi bidang kosong karena lupa dengan pembicaraan yang seide dengan teks yang dihafalkan namun disampaikan dengan kata-kata yang berbeda. Jangan takut untuk berimprovisasi. Selama filler atau pengisi lupa tadi tidak melenceng dari topik yang sedang dibicarakan, pembicaraan dipandang tetap pada koridor tema yang diusung.

Selanjutnya, jika lupa, jangan panik. Ambil nafas dulu, tenangkan diri sendiri terlebih dahulu.  Ketenangan diri sangat penting agar bisa kembali pada urutan yang akan dibicarakan. Segera kembali berbicara dengan mengandalkan pada urutan subtopik yang akan disampaikan. 

Jika yang teringat yang seharusnya pada urutan kesekian, tidak apa-apa, sampaikan saja yang ingat dulu, kemudian sambil mendapatkan ketenangan dan kekuatan rasa percaya diri kembali, loncat ide dapat dikoreksi dengan menyampaikannya pada publik. Tidak dilarang seorang pembicara mengatakan bahwa yang disampaikan baru saja seharusnya menjadi bagian kedua dari pidato ini, misalnya.

Manfaatkan alat bantu. Jika diperkenankan menggunakan catatan kecil. Lihat kembali catatan kecil tersebut sehingga ingatan terbantu menyusun kembali apa yang harus disampaikan. Atau, jika boleh menggunakan power point, tulisan dan gambar pada slide sangat membantu memuluskan apa yang akan disampaikan. 

Hal penting yang harus diingat selama berbicara adalah mengingatkan diri sendiri bahwa fokus kita adalah materi atau teks atau bahasan yang disampaikan, bukan penonton. Ketika salah fokus, misalnya memusatkan perhatian pada penonton, maka gugup akan segera datang. 

Melihat seluruh perhatian hanya tertuju pada satu titik, yaitu penyaji, tentu tidak mudah untuk mengatakan pada diri sendiri bahwa di depan mata kita tidak ada siapa-siapa atau menganggap yang di depan mata itu bukan manusia. 

Berbicara depan publik merupakan keterampilan menggunakan bahasa yang memegang peranan penting dalam kehidupan siswa kelak setelah keluar dari sekolah. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan pengalaman berbicara depan publik penting bagi pemerolehan rasa percaya diri dan kemampuan menguasai ketakutan yang dihadapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun