Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah, Tempat Mencuri Paling Empuk

1 April 2018   10:07 Diperbarui: 1 April 2018   10:12 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang petani di Purwakarta merasa heran melihat keyboard tergeletak begitu saja di sawahnya. Kejadian ini terhubung dengan kasus pencurian komputer di SMAN 1 Tegalwaru, Purwakarta, 30 Maret 2018 pada saat kalender merah. Sekolah baru mengetahui ada pencurian, sehari setelahnya dimana seluruh komputer raib. Akibat kejadian ini, para siswa yang akan melaksanakan ujian nasional berbasis komputer, terpaksa harus nebeng ke sekolah lain. 

Kejadian pencurian laptop dan komputer di sekolah seolah menjadi kabar rutin, sebagai bagian dari kabar ringan yang melengkapi khazanah informasi pada zaman informasi terbuka. Semua membaca berita pencurian ini, dan selesai. Beberapa mungkin berucap kasihan, kemana satpam, kok tega mencuri laptop anak-anak, dosanya berlipat karena mencuri dari sekolah. 

Penetapan pelaksanaan UNBK secara bertahap di semua sekolah di Indonesia, menjadi informasi penting sekaligus  menguntungkan bagi pemilik tangan panjang. Mereka dengan mudah mengetahui sekolah mana yang melengkapi sekolahnya dengan 120 unit laptop/komputer. Salah satu sumber yang gratis dan bisa diakses siapa saja adalah Facebook.

Pihak sekolah, siapapun pelakunya,  dengan bangga dan syukur tak terhingga mengunggah foto jajaran  laptop/komputer yang baru dipasang, lengkap dengan caption yang  menyebutkan spesifikasi laptop/komputer dan jumlah unit yang dipasangnya.

Pihak sekolah tentu saja tak berniat memberitahukan si pemilik tangan panjang untuk memanjangkan tangannya dan mengggondol semua laptop/komputer yang ada di sekolah. Tapi, era informasi terbuka, membuat semua orang bisa menjadi sumber informasi dan lengah, tidak memperhitungkan efek yang tidak diharapkan dari informasi yang diunggahnya tersebut. 

Hal kedua, adanya anggapan "masa sih mencuri dari sekolah" sama dengan anggapan "masa sih mencuri dari mesjid" masih diandalkan sebagai tameng pelindung segala barang berharga yang ada di sekolah. Pada zaman ini, pencuri tidak memakai kategori tempat. Misalnya ini tempat ibadah, tempat anak menuntut ilmu, tempat suci.

Bagi pencuri sama saja, semua tempat adalah sumber untuk dijarah selama ada barang yang menurutnya berharga dan bisa jadi duit. Pencuri tidak lagi membayangkan bahwa mencuri dari mesjid atau sekolah dosanya lebih besar dari tempat lainnya. Zaman dulu,  pencuri pilih-pilih, dia tidak tega mencuri dari orang miskin,  dia takut mencuri dari tempat beribadah, dia enggan mencuri dari sahabat.

Zaman dulu, malah mencuri untuk memberi. Robinhood, Si Jampang, Ken Arok adalah sebagian nama tang tercatat sebagai pencuri tapi tujuannya mulia. 

Kini, mencuri untuk mengambil barang yang bukan haknya untuk kepentingan pribadi. Istilahnya, jangankan barang halal, di zaman edan ini, barang haram saja susah. Pergeseran paradigma ini mengakibatkan sekolah hilang pelindung tak terlihatnya dari serangan si tangan panjang.  Belum lagi kondisi sekolah yang tidak memungkinkan ruang komputer dijaga 24 jam.

Hal ini menjadi faktor yang melemahkan dari segi keamanan sekolah. Pemanfaatan CCTV tidak mampu mencegah maling. Kalaupun pencurian tertangkap CCTV, yang tertangkap hanya adegan pencurian, sementara pencurinya belum tentu tertangkap. 

Sepertinya pendidikan di Indonesia tak habis dirundung malang. UNBK diharapkan menjadi sarana pelaksanaan ujian yang jujur, akan batal terjadi akibat ulah orang yang tak jujur dalam mencari penghidupan. Pencurian di sekolah dapat menjadi alat ukur seberapa tinggi tingkat kejujuran masyarakat dalam mendapatkan penghasilan dan menyokong hidup di era informasi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun