"Kau sungguh berani bocah! Kau tahu siapa gadis itu? Dia adalah kemenakan direktur rumah Sakit. Kau menggali kuburan sendiri. Serahkan dirimu atau aku akan menghancurkan mu!" Kata pimpinan petugas keamanan itu dengan seringai jahat.
"Oh?! Dia kemenakan direktur? Pantas! Kalau begitu dia pantas mendapatkannya lagi!"
Dengan cepat Alif melayangkan beberapa tamparan lagi dari balik meja. Gadis itu berteriak histeris dan nyaris pingsan. Wajah pimpinan petugas keamanan itu pucat. Gerakan Alif itu adalah gerakan seorang ahli. Dia tak punya kemampuan seperti itu.
"Nak! Kau benar-benar keterlaluan. Berikan kartu identitas kamu dannikutlah denganku kekantor polisi sekarang. Kau takkan mampu menahannya jika Keluarga dari Klan Panji tahu kau berbuat onar disini?" Ucap Kepala keamanan itu. Dia tak berani bermain keras karena dia yakin mereka bukan lawan pemuda itu.
"Aku menyuruh kau menghancurkan tubuhnya. Kenapa kau banyak bacot sekali?!" Teriak gadis Petugas administrasi itu.
"Nona Elvi, ini adalah kasus kriminal. Kita tak punya kekuasaan untuk menindak lanjutinya. Biar polisi yang mengadili pemuda sombong ini!" Ucap ketua keamanan itu bermain cerdas.
"Serius ingin melihat identitas ku?" Tanya Alif main-main.
"Tentu saja, cepat! Kemudian kau ikutlah denganku ke kantor polisi!" Ucap Petugas itu dengan senyum angkuh.
Dengan santai, Alif merogoh sakunya. Dari balik jubah lusuh itu, dia mengeluarkan sebuah kartu berwarna hijau dan menyerahkan pada lelaki didepannya itu dengan tersenyum.Â
Dengan acuh tak acuh, kepala keamanan itu menerima kartu itu. Tapi begitu dia melihat informasi pemuda itu, tubuhnya menggigil. Beberapa kali dia melirik kartu dan wajah pemuda itu, membolak-balik dengan wajah pucat.
Bersambung....