Mohon tunggu...
Yandra Susanto
Yandra Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru terbaik adalah yang mampu merubah iblis jadi malaikat, merubah maling jadi ustad

Impian tertinggi, berkumpul bersama orang tercinta di JannahNya nanti

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Alif: Pulang (Bag. 3)

23 Februari 2023   10:08 Diperbarui: 23 Februari 2023   10:13 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Entah sudah berapa lama pingsan, ketika Alif bangun, hari sudah malam. Suara binatang malam di belantara itu seperti musik syahdu yang menyambut kesadarannya. Purnama di langit membuat cahaya temaram masuk kedalam goa. Dalam kondisi lemah, Alif coba untuk duduk. Dari dasar jurang, terdengar suara menderu seperti aliran sungai yang deras.

Begitu duduk, Alif mencoba mengerahkan tenaga dalamnya. Dengan teknik tenaga dalam itu dia coba mendeteksi kondisi organ dalam tubuhnya. Dia bernafas lega, meskipun terluka parah, dia tidak mengalami luka dalam. Kondisi tubuhnya yang lemah hanya dikarenakan konsumsi energi terlalu berlebihan dan serangan racun di pahanya. Sementara luka tembak di bahunya, itu luka biasa baginya karena tidak mengenai titik fatal.

Dari tas kecil di pinggangnya, Alif mengeluarkan beberapa herbal, ada yang di oleh dan ada yang langsung di telan seperti pil. Lalu dia masuk dalam posisi kultivasi, melancarkan aliran darah dan mencerna obat herbal. Dia langsung merasakan jauh lebih baik. Setengah jam kemudian, dia memeriksa luka akibat pisau beracun, sebagian besar racunnya sudah keluar. Dengan tenaga dalamnya, dia bisa memaksa semua racun itu keluar. Masalahnya sekarang, dia sangat lah. Dia hanya bisa mengeluarkan sedikit racun, tetapi itu sudah jauh lebih baik dan takkan ada halangan dalam waktu dekat.

Telepon satelitnya bergetar. Alif mengeluarkan telepon dan melihat itu panggilan dari panglima. Wajah dingin Alif menjadi semakin dingin. Dia mendengus dan tak berniat mengangkatnya. Ternyata sudah banyak sekali panggilan tak terjawab dalam beberapa jam terakhir. Semuanya dari panglima.

Ada dua pesan teks yang masuk. Salah satunya dari sang Panglima. Dia membuka pesan itu dengan tangan gemetar karena marah dan kecewa.

"Jika selamat, segera beri kabar! Hubungi secapatnya!"

Alif menyeringai dingin "Bukankah kau busa mengecek keberadaan ku melalui GPS, kalian sudah keterlaluan!"

Tiba-tiba Alif merasa di khianati. Panglima jelas tahu kondisi pasukannya, tetapi jangankan memberikan bantuan seperti yang dilaporkan Sersan beberapa waktu lalu, tetapialah bersikap apatis terhadap keselamatan prajuritnya.

Dia membuka pesan kedua. Dari nomor baru yang tak dikenalnya. Entah siapa yang mengiriminya pesan, yang jelas bukan orang biasa. Karena nomornya ini hanya diketahui oleh beberapa orang saja.

"Ibu sakit, pulanglah! Siti"

Tubuh Alif gemetar. Entah berapa kali mulutnya menggumam nama itu sebelum dengan susah payah menahan emosi dia langsung membalas.

"Aku akan pulang. Bilang ibu, Aku akan pulang!"

Tiba-tiba di matanya muncul dua sosok wanita yang sudah beberapa tahun tak pernah dilihatnya. Bahkan menghubungi mereka terakhir kali dua tahun yang lalu. Dia lupa persisnya bulan berapa. Yang jelas sudah lama sekali. Dia tiba-tiba merasakan keinginan dan kerinduan yang luar biasa kepada keduanya.

Sambil mendesah sedih, dia bangkit. Tertatih dia berjalan kesisi luar goa kecil itu dan mentap jurang ratusan tombak didepannya. Dimatanya muncul sosok lain. Seorang tua berwajah gagah dan berjubah kelabu. Orang yang menyelamatkan dan mendidiknya diwaktu dia hour dibunuh oleh orang yang tak dikenalnya. Itu sudah lama sekali. Dia juga tak ingat persis. 

Diusia lima dan enam tahun, orang tua itu sudah memelihara dirinya didasar jurang di kali gunung Singgang. Diajari berbagai ilmu pengobatan dan ilmu Kanuragan. Sehingga sekarang dia menjadi sosok yang luar biasa, memiliki prestasi besar di kemiliteran, koneksi yang tak terbatas, kekuasaan yang juga tak bisa dipandang enteng.

"Ibu, Siti. Aku akan pulang. Tunggu Dirumah baik-baik!"

Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun