Mohon tunggu...
Yan Baptista
Yan Baptista Mohon Tunggu... Ilustrator - pekerja dan penikmat seni, kartunis, ilustrator & desainer grafis, comedy story writer & teller, sepakbolamania, penyuka film semua genre. suka damai.

pekerja dan penikmat seni, kartunis, ilustrator & desainer grafis, comedy story writer & teller, sepakbolamania, penyuka film semua genre. suka damai.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menonton Film adalah Belajar di Sekolah Kehidupan

24 Januari 2018   13:18 Diperbarui: 24 Januari 2018   13:29 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menonton Film adalah Belajar di Sekolah Kehidupan

Sejatinya hidup ini adalah sebuah 'Sekolah Kehidupan' yang kelulusannya akan berakhir kelak setelah kita menghembuskan nafas terakhir. Dan nilai raport kita hanya Tuhan yang berhak memberi penilaiannya.

Hari hari yang kita lewati adalah melulu belajar dan belajar tanpa henti lewat berbagai peristiwa yang kita alami dalam hidup. Jika kita enggan untuk belajar tentu kita tidak akan mendapat nilai apa-apa dari kehidupan yang kita jalani. Itulah yang membedakan kita sebagai manusia dengan hewan yang hanya mengandalkan nalurinya saja. Tentu saja yang ingin kita petik dari pelajaran kehidupan ini adalah hal-hal yang bermakna positif agar kita semakin menjadi pribadi yang baik sesuai dengan kehendakNya.  Amin... _hm... terdengar amat klise ya.._

Film adalah hasil olah akal budi daya manusia yang terinspirasi dari berbagai peristiwa kehidupan. Karenanya bisa kita katakan, dari  film yang kita tonton, apapun jenis genrenya, kita bisa petik pelajaran hidup dari sana.

Saya suka sekali menonton film. Alasan saya menonton sebuah film bukanlah karena pengaruh omongan orang atau karena film tertentu yang sedang viral di sosial media. Tetapi lebih karena 'panggilan dari dalam jiwa' yang memutuskan saya ingin menontonnya. _apa sih daripada maksud?...pokoknya begitu sajalah_ Maka dari itu kebanyakan saya mencari film-film yang 'tidak mainstream' untuk ditonton. Tetapi saya tetap mengikuti film-film 'mainstream' atau film box office yang 'sedang nge-tren' dan jadi perbincangan banyak orang.

Belum lama ini salah satu film yang saya tonton adalah film berjudul: "I Don't Feel At Home In This World Anymore". Sebuah film yang diproduksi oleh Netflix, layanan penyedia  film lewat streaming internet yang tentu tidak bisa kita jumpai di bioskop.

Film ini berkisah tentang Ruth, seorang juru rawat yang merasa stress dalam hidupnya. Ruth merasa hidup sering tidak adil kepadanya. Ruth merasa ia telah bekerja baik melayani orang-orang yang tua dan sakit, tetapi kerap tertimpa hal-hal yang tidak mengenakkan dalam hidup.

Sepertinya perasaan Ruth ini sangat mirip dengan perasaan kita ya! Kita telah mengerjakan pekerjaan kita di kantor, tapi boss dengan enteng menilai rendah atau salah hasil kerja kita, kita sudah berusaha bersikap baik dengan tetangga tapi ada saja tetangga yang omong jelek tentang kita, kita sudah kerja keras banting tulang tapi uang yang kita terima segitu segitu saja (ups, kok mirip curcol) ...dan sebagainya...dan sebagainya. Tentu Anda setuju kalau karakter Ruth ini banyak kesamaan dengan kita.

Puncak rasa stress Ruth ketika ia mendapati rumahnya dibobol maling. Laptop dan perhiasan hadiah dari sang nenek raib dibawa maling sialan. Laporan Ruth pada pihak kepolisian pun ditanggapi anyep oleh pak komisaris polisi, yang belakangan kita tahu pak komisaris ini juga lagi stress lantaran punya masalah dengan istrinya.

Entah dapat ide darimana, Ruth memutuskan untuk mencari dan menangkap sendiri si maling. Ah, lagi-lagi mirip kita, yang kadang suka emosional mengambil keputusan untuk bertindak tanpa pikir masak-masak. Ruth dibantu tetangganya Tony, pemuda pengangguran yang sok asik,banyak omong, sok jago berantem padahal cemen. Ah, sepertinya banyak kita jumpai pemuda mirip si Tony ini ya.

Singkat cerita, keputusan Ruth untuk bertindak sendiri menangkap si maling, membawa Ruth dan Tony pada rangkaian peristiwa yang membahayakan jiwa mereka. Si Maling bernama Christian adalah anggota kelompok penjahat kelas middle yang ternyata adalah anak angkat seorang pengacara milyader yang terkenal.

Si pengacara yang jago bicara pasal-pasal dan piawai membela klien yang membayarnya namun tidak harmonis dengan istrinya. Ah, kayaknya kita kenal beberapa pengacara yang mirip itu ya. Di layar TV kita lihat sebagai orang terpandang tapi hidup rumah tangganya ternyata berantakan. Christian berencana merampok harta ayah angkatnya sendiri namun rencana menjadi kacau balau ketika Ruth dan Tony terlibat secara tiba-tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun