Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Meneropong Angkatan Sastra Siber dari Generasi Alpha

20 Mei 2022   12:34 Diperbarui: 21 Mei 2022   13:07 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sastra siber interaktif (wallup.net)

Korrie menganggap para penulis dan pengarang di masa 1970-an lebih banyak berekspresimen dalam tulisan-tulisan mereka dan keluar dari pakem kaidah bahasa. Lama-lama karya sastra mereka jadi tidak jelas. Karena itu Korrie menganggap generasi sastra setelah 1945 lebih cocok disebut sebagai Angkatan 80.

Novelis NH Dhini, Maria A. Sardjono, dan La Rose termasuk angkatan 70, sedangkan Emha Ainun Najib termasuk budayawan sastra angkatan 80.

7. Angkatan 2000. Saya lompat ke angkatan 2000 karena pada masa inilah muncul para pengarang perempuan moderen yang karyanya memukau.

Istilah "Sastrawan Angkatan 2000" dicetuskan oleh jurnalis sekaligus penulis Korrie Layun Rampan pada bukunya berjudul Leksikon Susastra Indonesia.

Pada masa ini Dewi "Dee" Lestari menerbitkan novel pertamanya Supernova pada 2001. Sebelumnya ada Asma Nadia yang menerbitkan Lentera Kehidupan pada tahun 2000. Balik kebelakang sedikit ada Ayu Utami yang mengguncang pecinta novel dengan erotisme yang dia masukkan di novel Saman. Ada yang menganggapnya vulgar, ada yang menganggapnya wajar.

Para mahasiswa yang bilang lebih enak zaman Pak Harto dimana hidup lebih makmur dan kebebasan terjamin, silakan baca novel Saman yang terbit pertama kali pada 1998. Dari bacaan ringan itu kalian bisa tahu bagaimana kerasnya represi orde baru.

Selanjutnya yang termasuk angkatan 2000 ada Djenar Maesa Ayu, Andrea Hirata, Habiburahman El-Shirazy, dan Seno Gumira Ajidarma. Bila merujuk pada buku tulisan Korrie Layun Rampan, masih ada 100 nama pengarang dan penyair, termasuk kritikus sastra, yang termasuk angkatan ini.

Angkatan 2010 dan Sastra Siber

Ilustrasi sastra siber interaktif (wallup.net)
Ilustrasi sastra siber interaktif (wallup.net)
Belum ada yang secara resmi menamakan sastrawan dan sastrawati yang menerbitkan karya di era 2010-an dengan Angkatan 2010.. Apa sebab?

Pertama, karena sastrawan dan sastrawati era 2000-an konsisten menerbitkan karya sampai sekarang, membuat mereka masih "menguasai" pasar. Tambahan, Kompasianer Khrisna Pabichara boleh juga kita masukkan sebagai sastrawan Angkatan 2010.

Kedua, pada masa inilah sejumlah penerbit indie dan self-publishing bermunculan untuk memudahkan siapa saja menerbitkan karya sastra tanpa mengikuti selera pasar dan proses panjang di penerbit mayor.

Cyber literature atau sastra siber juga sudah dikerjakan oleh Gen Alpha di  banyak sekolah dengan motivasi dari guru dan orang tua Milenial mereka. Pada pelajaran Bahasa Indonesia, para siswa diberi tugas membuat puisi dan cerita pendek. Puisi dan cerpen terbaik lalu dimuat di majalah dinding (mading) digital yang dibuat menggunakan Google Sites. Mirip seperti blog.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun