Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Alasan Kakek-Nenek Senang Menyimpan Barang Bekas

3 April 2021   18:35 Diperbarui: 4 April 2021   00:04 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: depositphotos.com/lopolo

Ibu saya tipikal orang yang susah jika diminta menyingkirkan barang-barang jadul (jaman dulu). Beliau bahkan masih menyimpan koper kulit dan baju-baju kerjanya dari zaman saya belum lahir. 

Dulu alasannya agar bisa dilungsurkan ke saya kalau saya kerja. Nyatanya selama bekerja saya tidak pernah pakai baju dari zaman ibu saya. Too old, you know.

Mertua saya ternyata juga begitu. Panci dan kuali besar yang sudah banyak tembelannya, juga bakul super jumbo yang dipakai sejak era Repelita III, guna memasak bagi puluhan pekerja sawah, masih disimpan. 

Juga lusinan gelas-gelas kaleng yang sudah berkarat masih disimpan di gudang. Ibu mertua bilang gelas itu sudah ada sejak anak tertuanya (kakak sulung suami saya) lahir tahun 1968. Anak tertuanya sekarang sudah almarhumah sejak Januari 2021 lalu.

Pun demikian dengan mertua adik lelaki saya. Setrika dan kipas angin yang sudah rusak, baju, tas, wadah makanan, juga celana yang sudah sobek pun masih disimpan. Sayang, saya taksempat bertanya kepada mertua dari adik perempuan saya karena dia keburu meninggal sebelum usia pernikahannya mencapai dua tahun.

Bagi generasi kekinian, apalagi yang rumahnya sempit atau menghuni tipe studio, menyimpan barang-barang bekas sangat dihindari. 

Selain menuh-menuhin rumah karena barang itu sudah tidak dipakai, juga bisa memperbanyak debu, mengundang tikus dan kecoa, juga "menstimulasi" laba-laba bikin sarang. Alhasil rumah jadi jorok dan tidak nyaman ditinggali.

Namun bagi orang tua (yang sekarang sudah jadi kakek dan nenek) ada alasan mengapa mereka masih menyimpan barang dan benda yang kita anggap sebagai rongsokan, yaitu:

1. Nostalgia. Kita selalu bahagia mengingat masa lalu yang menyenangkan, bukan? Entah itu masa kanak-kanak, masa sekolah, atau saat apapun yang membuat kita senang. Orang tua juga begitu. Menyimpan barang-barang lama, walau sudah rusak dan bobrok, bagi mereka menyenangkan karena merupakan bagian dari masa lalu yang bahagia.

Benda pemberian kerabat atau sahabat, meski sudah rusak, kemungkinan juga masih disimpan karena bagian dari nostalgia yang menyenangkan untuk diingat.

2. Ada nilai sejarah. Ada benda yang bagi kita terlihat rongsok, namun ternyata menyimpan nilai sejarah tinggi. Saya pernah kenal dengan seorang kakek veteran yang menyimpan teko bekas dipakai Bung Karno.

Kakek itu membeli dari sesama veteran yang menjual teko teh itu karena butuh uang. Teko itu didapat dari mantan ajudan Bung Karno yang mendampingi saat Bung Besar itu dalam perjalanan di kereta api.

Entah nyata atau tidak kisah teko itu, tidak apa, toh menyimpan barang bekas pakai Bung Karno merupakan kebanggaan bagi seorang veteran.

3. Tidak ada lagi yang memproduksi. Jam tangan berbandul, jam dinding besar yang berdentang, telepon putar, setrika arang, atau benda-benda yang sudah tidak diproduksi di zaman sekarang, bakal terus disimpan oleh kakek dan nenek karena kalau dibuang, mau beli dimana lagi? Sudah tidak ada yang buat.

4. Dibuang sayang. Ada barang-barang yang oleh kakek dan nenek dibeli dengan usaha keras. Mau beli seprai saja harus menabung berbulan-bulan. Gelas kaca seperti yang dinyanyikan Nia Daniaty, meski sekarang sudah somplak, belinya juga kredit sama mamang dari Tasik.

Kalau barang-barang itu dibuang, duh, sayang banget, belinya aja penuh perjuangan.

5. Untuk diceritakan kepada cucu. Ayah saya masih menyimpan jas ayahnya (kakek saya) sejak jas itu diturunkan kepadanya tahun 1960-an. Kata ayah saya, jas itu dulu diberikan kepadanya sewaktu akan berangkat mondok (belajar di pondok pesantren) ke Jawa Timur.

Awal mula jas itu diberikan kepadanya sampai digunakan untuk apa saja jas itu, dengan bangga, diceritakan kepada cucu-cucunya.

Mertua saya pun sama. Beberapa kali menceritakan kisah dibalik radio tua, mukena, korek gas, dan segala macam barang (yang sudah rusak) kepada anak-anak saya. 

Tentu saja, tidak semua kakek dan nenek gemar menyimpan barang-barang jadul. Mereka yang berpikir dan bergaya hidup praktis tentu lebih suka menyingkirkannya.

Andai kita menjumpai orang tua yang senang menyimpan barang-barang dari masa mudanya, maklumi saja, mungkin ada alasan khusus selain alasan diatas yang membuat mereka masih menyimpan dan merawat benda-benda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun