Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Ramai-Ramai Pindah ke Telegram, Surga Film Bajakan, Pornografi, dan Pelaku Teror

10 Maret 2021   15:48 Diperbarui: 10 Maret 2021   16:06 26172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tekno.kompas.com

Pengguna Telegram di Indonesia makin melejit karena alasan privasi yang diobrak-abrik oleh WhatsApp.

Walaupun fitur keamanan end-to-end encryption tetap terpasang di WhatsApp, namun nomor ponsel, IP Address, informasi perangkat, sampai pada operator seluler/ISP yang digunakan (yang dikumpulkan oleh WhatsApp) akan dibagikan ke Facebook.

Fitur enkripsi end-to-end berfungsi untuk menjaga kerahasiaan chat antar pengirim dan penerima yang tidak dapat dibaca oleh WhatsApp. 

Jadi kalau ada pelakor yang menghapus chatting dengan suami Anda dan mereka menggunakan enkripsi end-to-end, Anda tidak bisa minta polisi untuk membongkar chat yang telah dihapus.

Hal ini dikuatkan oleh pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya yang mengatakan bahwa tidak ada pihak lain yang memiliki kunci enkripsi ini termasuk WhatsApp. Isi percakapan pengguna WhatsApp dipastikan aman dan tidak ada pihak lain yang dapat mengetahuinya.

Namun, orang-orang tidak puas meski end-to-end tetap tersedia. Selain itu kalau kita menghapus akun WhatsApp (karena nomor lama hilang atau tidak dipakai lagi), data lama masih akan tersimpan dan tidak otomatis terhapus kecuali kita menghapusnya sendiri. 

Maka itu orang-orang mengecam WhatsApp dan beralihlah mereka ke Telegram.

Padahal di era digital ini, tidak ada yang benar-benar tersembunyi. Sejak pertama kali kita terhubung ke internet, saat itu juga data kita yang ada pada komputer, laptop, dan telepon seluler terambil. Kecuali mungkin kita dapat sedikit ngumpet kalau menggunakan VPN (virtual private network).

Saya sendiri sempat mencoba Telegram meski hanya sebentar, lalu uninstall lagi karena tugas anak-anak dan pekerjaan toh juga masih pakai WhatsApp.

Bila WhatsApp hanya dapat menampung maksimal 256 akun dalam satu grup, Telegram dapat memuat sampai 10000 akun. Kelebihan Telegram menampung ribuan akun dalam satu grup dimanfaatkan pelaku teror untuk menyebarkan doktrin dan propaganda.

Berdasarkan data kompas.com, sejak 2015 ada 17 aksi teror yang menggunakan Telegram untuk sarana komunikasi antar pelaku.

Pelaku teror juga memanfaatkan keunggulan fitur enkripsi Telegram yang memiliki kompleksitas dan keamanan satu tingkat diatas WhatsApp dan Line.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun