Soal privasi di WhatsApp, menurut saya tidak perlu diributkan karena hampir semua pengguna WhatsApp juga punya akun Facebook. Jadi ada atau tidaknya perubahan kebijakan privasi WhatsApp, Facebook sudah mengintip data pribadi kita lebih dahulu. Untung saya tidak punya akun Facebook.
Pornografi dan radikalisme juga sebenarnya ada di WhatsApp, tapi tidak banyak karena itu tadi, kerahasiaan menyebarkan konten dirasa lebih aman di Telegram.
Pada zaman dahulu, telegram adalah surat kawat yang berisi kombinasi kode yang ditransmisikan oleh telegraf dengan menggunakan kabel-kabel yang menghubungkan satu lokasi dengan lokasi yang lain.
Meskipun privasi di Telegram disebut lebih terjamin karena pengguna dapat menggunakan nama publik, namun orang dapat melihat dan menyapa meski mereka tidak punya nomor kontak kita.
Dimana letak privasinya kalau kita bisa terlihat oleh orang yang tidak kita inginkan?!
Yang pasti saya mungkin akan beralih ke Telegram, atau aplikasi lain, kalau mayoritas orang Indonesia memakainya. Bagaimana mau terhubung dengan orang-orang kalau saya tidak memakai aplikasi yang mereka pakai.
Saya pernah jadi orang "terbelakang" karena memakai BBM hanya pada hari-hari terakhir BlackBerry akan wafat di Indonesia. Sebelumnya saya setia dengan PDA dan ponsel ber-OS WinMo. Waktu itu, sih, santai saja, tapi kalau sekarang, semua serba terhubung melalui internet, mau tidak mau ikut yang mayoritas.