Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pola Pikir dan Ketidaksiapan Orangtua bersama Kambing Hitam PJJ

31 Oktober 2020   10:40 Diperbarui: 1 November 2020   03:07 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Belajar di masa pandemi. (Diolah dari sumber: exploretransplant.org - Canva/yanahaudy)

Atau dari Facebook dimana pernah ada orang yang menyiarkan bunuh dirinya secara live? Atau dari berita-berita tentang bunuh diri? Atau dari film, medsos, dan cerita-cerita teman?

Kalau anak sudah dekat dengan orang tuanya sejak sebelum ada PJJ, rasanya sulit membayangkan mereka akan bunuh diri, karena sesulit apapun PJJ orang tua pasti akan mengkondisikan dan memfasilitasi si anak agar nyaman pada PJJ untuk mendukung kelancaran proses belajar.

Si bapak yang mengantar anaknya ke kantor Koramil setiap pagi supaya anaknya dapat belajar online menggunakan fasilitas WiFi disana, adalah salah satu contoh kecil orang tua yang mendukung kelancaran anak pada PJJ.

Ada satu murid di sekolah anak saya yang ibunya buta huruf (benar, ini nyata, buta huruf!) dan ayahnya yang tukang ojek setiap dua kali seminggu menemui guru di sekolah untuk minta diajarkan matematika dan agama Islam. Hal itu dilakukan sang ayah supaya dia bisa mengajari anaknya agar kemampuan si anak tidak kalah dengan teman sekelasnya.

Di sisi lain, banyak juga orang tua yang membebaskan anak mereka. Mau belajar atau tidak, mau mengerjakan tugas atau tidak, terserah si anak, toh anak sudah gede. Akibatnya anak malah tidak terarahkan, keluyuran kemana-mana atau malah tidur seharian.

Hal diatas juga sama, berawal dari pola pikir "pendidikan dan pengajaran adalah urusan sekolah dan guru".

Anak yang mati dibunuh ibunya beberapa waktu lalu juga bukan karena PJJ. Si ibu yang sejak sebelum ada PJJ ada tekanan hidup, melampiaskan amarahnya ke anak dengan alasan anak tidak mau disuruh belajar.

PJJ digunakan sebagai pembenaran atas perlakuan biadab tersebut, sebagaimana Suheri membunuh Rahmawati Sarwodadi dengan garpu. Bukan garpunya yang salah tapi Suherinya yang jahat.

Lalu kenapa sekolah tidak diliburkan saja sih? PJJ cuma bikin stres, kan.

Pemerintah dan sekolah punya tanggung jawab supaya hak anak akan pendidikan terpenuhi dengan kompetensi dasar yaitu kompetensi numerasi, literasi, dan pendidikan karakter. 

Itulah sebabnya meski sekolah tutup namun siswa tetap diberikan tugas dan materi lewat bermacam cara (video, audio, dan e-book) selama pandemi, supaya hak anak dapat pendidikan tetap terpenuhi dengan cara belajar dari rumah.

Belajar dari rumah sebenarnya bukan hanya belajar saat mengerjakan tugas dari guru saja, melainkan belajar tentang hidup. Jika punya hewan peliharaan, anak dapat diajarkan untuk lebih telaten mengurusnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun