Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa yang Membedakan Prostitusi Online dengan Prostitusi Offline?

7 Agustus 2020   21:14 Diperbarui: 8 Agustus 2020   09:54 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Canva/yanahaudy0

Kenapa disebut online ya?! Kan mainnya tatap muka langsung, tidak pakai Zoom.

Betul. Disebut online karena penawaran dan kesepakatan terjadi dalam jaringan (online) menggunakan perangkat digital seperti ponsel.

Meski sama-sama punya germo atau mucikari seperti pekerja seks offline, pekerja seks online tidak perlu bertatap muka langsung dengan peminat karena paras cantik dan pose menggoda mereka sudah ada di situs majalah pria dewasa, Instagram, Facebook, aplikasi Bigo Live dan Nonolive, bahkan Twitter.

Sedangkan pekerja seks offline seringkali harus menampakkan paras mereka secara langsung kepada peminat, bahkan bila perlu melakukan trik tertentu (menari, merokok, minum alkohol, atau bergoyang erotis) supaya peminat tertarik lalu menggunakan jasa mereka.

Para pekerja seks offline dapat dijumpai di klub malam, tempat karaoke nakal, serta spa dan pijat plus-plus. Tidak perlu nomor WhatsApp untuk tawar-menawar, langsung lihat pekerja seks yang ditaksir, main, bayar, selesai.

Salah satu alasan kenapa penggerebekan prostitusi online selalu heboh karena tarif pekerja seksnya fantastis diangka puluhan juta. Tarif termurah ada di angka Rp20jt milik Hana Hanifah, selebgram yang juga pemain FTV. 

Tarif termahal yang sudah dibuktikan kepolisian sebesar Rp80jt milik Vanessa Angel dan Amel Alvi. Tarif Rp80jt ini tidak ada apa-apanya, menurut kabar burung banyak artis dan selebriti yang nyambi jadi pekerja seks dibayar ratusan juta.

Lantas apa yang membuat tarif prostitusi online sangat mahal dibanding yang offline?

Karena para pekerja seks online sudah lebih dulu terkenal dari kerja mereka di sinetron, film, foto-foto di majalah, dan berbagai pose-pose seksi di media sosial. 

Sementara pekerja seks offline hanya bekerja di lingkungan terbatas dan hanya dikenal oleh pelanggan tetap dan lingkarannya. 

Tarif pekerja offline juga lebih murah karena banyak saingan. Dalam satu klub malam saja ada puluhan rekan seprofesi. Tarif mereka flat sudah diatur mucikari dan germo. Yang bisa diandalkan menambah pemasukan bagi pekerja offline ini adalah jualan minuman beralkohol dan tip dari tamu. Jumlah tip seringkali lebih besar dari tarif main resmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun