Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Novel] Delapan

15 Juni 2020   08:53 Diperbarui: 15 Juni 2020   09:02 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ikbal keluar bersama sepuluh temannya dari kantin lima menit sebelum jam makan malam berakhir pada pukul tujuh. Setelah bergurau beberapa saat mereka memisahkan diri ke arah yang berbeda.

Ikbal sendiri akan ke musala yang  bersisian dengan kantin untuk salat Isya, tapi matanya keburu melihat ke arah gerbang. Gerbang yang jadi satu-satunya akses keluar-masuk itu dalam keadaan membuka untuk membiarkan tiga mobil jip lewat.

Ikbal segera tahu bahwa mobil-mobil itu membawa para mahasiswa baru.

Para mahasiswa baru memulai tahun ajaran pada minggu kedua bulan September, seminggu lebih lambat dari senior-senior mereka. Ini dilakukan pihak Akademi untuk memberi pemantapan materi dan penyesuaian jadwal pada beberapa mahasiswa angkatan Trooper yang jadi mentor untuk mahasiswa baru.

"Tahun ini kau seorang diri menjadi mentor pendamping. Pastikan apa yang kau lakukan benar-benar mementori, bukan memelonco," Ikbal ingat Profesor Sanker berkata seperti itu sampai tiga kali kepadanya pada tiga kesempatan berbeda.

Ikbal paham---meski Profesor Sanker tidak mengatakannya---bahwa dia sedang diingatkan agar kejadian saat dirinya jadi mahasiswa baru, yang angkatannya dimentori tiga orang Trooper, direndam dalam kolam renang selama satu jam pada tengah malam saat hujan deras.

Akibatnya lima temannya harus dirawat di klinik karena demam dan dua puluh lima sisanya diliburkan selama satu hari dari seluruh latihan dan perkuliahan. 

Ketiga mentor dan teman-temannya dihukum menginap di sel kantor kepolisian resort setempat selama tujuh hari dan diperlakukan seperti tahanan kriminal. Sejak itu jumlah CCTV diperbanyak bahkan dipasang di lorong-lorong asrama. Bisik-bisik bernada protes ramai diantara para mahasiswa karena mereka seperti berada dalam penjara dengan tempat pribadi hanya di kamar tidur. Meski demikian tidak ada yang berani mengutarakan langsung pada Profesor Sanker atau instruktur. Mereka hanya berani berkeluh-kesah pada mentor mereka yang juga tidak punya kekuasaan mengubah apapun di Akademi.

Ikbal kemudian masuk ke dalam musala. Senyum tipis tersungging di bibirnya.

Tahun ini hanya ada delapan remaja yang dipilih untuk belajar di Akademi Insidental dan Keamanan Khusus. Ini jumlah angkatan paling sedikit selama sepuluh tahun Akademi berdiri.

Biasanya Akademi memindai lebih dari dua setengah juta remaja tahun terakhir dari sekolah menengah atas dan kejuruan untuk mencari tiga puluh remaja dengan kimia otak mendekati seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun