Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Ojol Bawa Kawan-kawan, Antara Solidaritas dan Intimidasi

7 Juni 2020   12:34 Diperbarui: 7 Juni 2020   12:43 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Baru-baru ini sedang hangat cerita pengendara Gojek bernama Maulana yang diberi rating bintang satu oleh seorang pelanggannya karena dia tidak menyerahkan uang kembalian Rp200. Akibat rating itu Maulana tidak dapat order berhari-hari lamanya. 

Akhirnya dia mendatangi rumah si pelanggan, mengembalikan uang Rp200, dan mengatakan bahwa dirinya tidak dapat pekerjaan karena rating bintang satu itu.

Si pelanggan awalnya mengatakan bahwa rating adalah hak dia, dan toh dia memang tidak dapat kembalian yang jadi haknya.
Entah takut karena Maulana membawa teman-temannya atau menyadari kesalahannya memberi bintang satu, pelanggan itu akhirnya minta maaf.

Memang rating adalah hak pelanggan yang juga berhak minta kembalian. Maulana juga mengatakan bahwa dia tidak mengembalikan Rp200 itu karena selain tidak punya receh dia juga telah mengeluarkan Rp2000 untuk parkir.

Tapi apakah Maulana berhak mengajak rekan-rekan sesama pengendara ojek online untuk mengembalikan Rp200 itu dan meminta haknya untuk diberi rating tinggi?

Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika pelanggan dan Maulana sama-sama komunikatif sebelum penyerahan uang tunai terjadi, toh ada fasilitas "chat" di aplikasi dan tidak semua pelanggan sadar bahwa rating bintang satu menyebabkan ojol kena setrap alias akunnya ter-suspend.

Pengendara ojek online (gabungan Gojek dan Grab) memang dikenal punya solidaritas kuat dan militan. Ada satu saja anggota mereka yang mengadu kena ini-itu, mereka akan menggeruduk orang, lembaga, institusi, atau apapun untuk minta "keadilan".

Pada 2019, pedangdut Iis Dahlia mengatakan (berkaitan dengan penyelundupan Harley Davidson di kapal terbang Garuda yang dipiloti suaminya), bahwa kerja suaminya tidak seperti ojek online yang setelah antar barang, selesai, lalu minta rating, dan pelanggan bisa kasih tip. Sementara suaminya tidak dapat tip dari siapapun.

Kalau dilihat dari videonya, cara Iis berbicara tidak mengindikasikan pelecehan terhadap ojol. Dia menjawab dengan kesal tudingan netizen yang mengatakan suaminya dapat tip besar dari Ari Ashkara. Profesi yang mirip dengan suaminya (mengantar penumpang dan barang) tapi menerima tip adalah ojek online. Maka tercetuslah kalimat, "Laki gue bukan ojol."

Sontak para ojol marah karena dilecehkan oleh Iis. Mereka tidak terima dianggap suka minta-minta tip.

Pun "solidaritas" ojol terjadi saat awal PSBB diterapkan dan ojol dilarang membawa penumpang. Para ojol  membuat video yang didalamnya mengatakan supaya jangan disalahkan jika para ojol berbuat diluar akal sehat karena perut yang lapar bisa bikin beringas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun