Yang membuat para wartawan makin berisiko tertular Corona adalah karena mereka tidak bisa work from home. Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh tahu benar bahwa hal itu, jadi beliau mengingatkan mereka agar melindungi diri meski tetap tidak boleh mengabaikan etika jurnalistik dan objektivitas.
Pemimpin redaksi mungkin bisa work from home, tapi wartawan tidak. Mereka tetap harus ke lapangan mewawancarai narasumber, melakukan konfirmasi, dan mengambil gambar. Inilah yang membuat wartawan menjadi penyalur informasi yang dapat dipercaya masyarakat.
Sebenar-benarnya informasi yang muncul di media sosial dari netizen, tetap lebih terpercaya informasi yang diberikan oleh wartawan. Netizen tidak terikat etika, sementara wartawan terikat kode etik jurnalistik dan UU Pers.
Karena risiko tinggi yang dihadapinya saat bekerja, dapat dikatakan bahwa wartawan juga layak menerima bantuan alat perlindungan diri seperti masker dan sarung tangan.
Wartawan seharusnya memang pakai sarung tangan saat bertugas, karena bobot pekerjaan mereka tidak memungkinkan untuk sering-sering cuci tangan atau menuangkan hand sanitizer.
Bersyukurlah kita yang bisa kerja dari rumah. Sesulit-sulitnya kerja dari rumah dengan anak-anak yang rusuh melulu, internet yang lambat, dan laptop yang ngadat, masih lebih sulit mereka yang tidak bisa work from home, termasuk wartawan.