Mohon tunggu...
Aji Mufasa
Aji Mufasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Engineer | Agropreneur | Industrial Designer

"Hiduplah dengan penuh kesadaran"

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Membangun Kesadaran Sosial Anak yang Memiliki Privilese

11 Maret 2023   15:27 Diperbarui: 15 Maret 2023   20:19 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi keluarga sedang mendidik anak (freepik/pressfoto)

Sekarang ini, kita sering mendengar kata "privilese" atau "keistimewaan" yang menjadi topik hangat dalam pembicaraan tentang kesetaraan sosial. Namun, tidak semua orang menyadari bahwa keistimewaan ini bisa dimulai sejak dini, bahkan pada anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang terlindungi dan berkecukupan.

Saya masih ingat ketika saya menghadiri sebuah acara ulang tahun teman keponakan saya. Anak itu berusia 8 tahun dan lahir dari keluarga yang sangat berada plus orangtuanya adalah pejabat. Acara ulang tahunnya diadakan di sebuah taman bermain eksklusif dengan atraksi yang sangat mahal. melihat betapa senangnya dia bermain, tanpa menyadari bahwa tempat itu sebenarnya bukanlah tempat yang bisa dijangkau oleh semua orang.

Kisah ini hanyalah satu contoh kecil tentang bagaimana keistimewaan sejak dini dapat memengaruhi cara anak memandang dunia dan orang lain di sekitarnya. saya ingin membahas pentingnya membangun kesadaran sosial pada anak yang hidup dalam lingkungan keistimewaan, serta memberikan beberapa cara untuk membantu anak-anak tersebut mengatasi privilese sejak dini.

Ternyata, apa itu privilese tidak hanya sebatas keistimewaan dalam hal materi atau uang. Privilese juga bisa berasal dari latar belakang ras, agama, atau budaya, dan ini dapat memberikan keuntungan atau akses yang tidak dimiliki oleh orang lain. Hal ini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang dan cara pandangnya terhadap dunia.

Tanda-tanda seseorang yang berprivilese pun bisa bervariasi. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka berprivilese, karena hal itu telah menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Beberapa tanda-tanda tersebut bisa berupa kebebasan finansial, akses pendidikan yang lebih baik, akses kesehatan, lingkungan yang terlindungi dan aman, serta akses relasi yang lebih luas. Namun, keberadaan tanda-tanda tersebut tidak berarti seseorang yang berprivilese adalah orang yang buruk. Yang penting adalah kesadaran dan kemampuan untuk mengakui keistimewaan tersebut dan memahami implikasi sosialnya.

Mengapa kesadaran sosial anak sangat penting? 

Saat anak belajar untuk memahami dan menghargai keberagaman serta realitas sosial yang berbeda, mereka akan menjadi individu yang lebih baik dan dapat membentuk karakter yang kuat. 

Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung ini, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain dan menempatkan diri dalam posisi mereka adalah keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki.

Namun, ketika anak hidup dalam lingkungan yang terlindungi dan berkecukupan, kesadaran sosial bisa jadi tidak terbentuk dengan baik. Mereka mungkin terlalu fokus pada kehidupan mereka sendiri dan tidak menyadari realitas yang berbeda di luar sana. Dampaknya, anak-anak tersebut cenderung menjadi terlalu egois, tidak peka terhadap masalah sosial, dan sulit merasakan empati terhadap orang lain.

Tidak adanya kesadaran sosial pada anak yang berprivilese juga dapat memperkuat sikap diskriminatif dan merugikan. Mereka mungkin tidak mengerti bahwa keistimewaan yang mereka miliki adalah hal yang diperoleh, bukan sesuatu yang mereka pantas dapatkan. Akibatnya, anak-anak ini mungkin merasa superior dan menunjukkan sikap diskriminatif terhadap kelompok lain, dan hal ini bisa menjadi sumber masalah sosial yang lebih besar di kemudian hari. Oleh karena itu, sangat penting untuk membangun kesadaran sosial pada anak sejak dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun