Individu yang berasal dari lingkungan ekonomi lemah seringkali memiliki keterbatasan dalam hal akses terhadap sumber daya pendidikan seperti buku, peralatan, dan tenaga pengajar berkualitas.Â
Mereka juga mungkin tidak memiliki dukungan finansial untuk membayar biaya sekolah atau membiayai akses terhadap fasilitas pendidikan lainnya.
Kurangnya sumber daya keuangan juga dapat membatasi akses ke pendidikan berkualitas dan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan membaca.Â
Selain itu, individu dari latar belakang berpenghasilan rendah mungkin harus bekerja untuk menghidupi keluarga mereka, yang dapat membatasi waktu dan kesempatan mereka untuk bersekolah dan memperoleh keterampilan melek huruf. Sehingga mengubur dalam kesempatan mereka untuk bersekolah.
Karenanya, kesenjangan ekonomi mempengaruhi tingkat buta aksara dengan membatasi akses individu terhadap pendidikan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis.Â
Oleh karena itu, mengatasi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan akses terhadap pendidikan yang berkualitas sangat penting dalam usaha untuk mengurangi tingkat buta aksara.
Buta aksara adalah salah satu masalah serius yang mempengaruhi masyarakat Indonesia. Banyak orang yang tidak memiliki akses terhadap pendidikan berkualitas dan karenanya tidak dapat membaca atau menulis.Â
Ini membatasi potensial mereka dan membuat mereka lebih rentan terjebak dalam lingkaran setan pendidikan.
Individu yang buta aksara memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk memperoleh pekerjaan yang baik dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.Â
Mereka seringkali terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbelakangan, yang membatasi potensi mereka dan memperkuat kesenjangan sosial dan ekonomi.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan revolusi literasi yang difokuskan pada memastikan akses terhadap pendidikan berkualitas bagi semua orang.