Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kesantunan Berbahasa, Krusial tapi Makin Langka

3 Agustus 2020   01:11 Diperbarui: 3 Agustus 2020   01:06 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa menjadi hal yang sangat penting di era informasi sekarang ini. Bagaimana tidak, memang orang menyampaikan informasi dengan menggunakan bahasa.

Di media sosial yang kita saksikan tiap hari, entah itu yang menekankan gambar ataupun video, tetap saja memakai bahasa entah itu dalam bentuk "caption" atau di dalam video dan gambar. Bahasa jadi lebih penting lagi saat semua postingan  itu dikomentari.

Yang terjadi sekarang adalah karena semua orang bisa berkomentar dengan, bahasa yang dipakai itu jadi tidak terkendali.

Itu bisa terjadi sebab orang-orang yang berkomentar tidak mengetahui kalau berbahasa ternyata punya standar kesantunan, yang secara mendasar mempengaruhi relasi antar manusia di dunia maya dan riil.

Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul "Kesantunan Berbahasa" mengatakan kalau bahasa yang tidak santun itu disebabkan beberapa hal. Seringkali orang yang suka melontarkan kritik, tidak menyadari atau sengaja menyampaikan kata-kata yang kasar.

Emosi yang tidak dikontrol juga membuat seseorang menyampaikan ujaran yang penuh kemarahan. Dalam berujar juga seringkali kita menyampaikan sesuatu dengan protektif, maksudnya sebelum lawan bicara apapun, kita sudah menyatakan bahwa mereka pasti salah dan kita yang benar.

Menuduh lawan bicara tanpa dasar juga membuat bahasa yang kita gunakan jadi tidak santun. Lalu dengan sengaja kita mengungkapkan bahasa yang membuat orang lain jadi terpojok.

Chaer mengatakan bahwa memang dalam kenyataannya ada orang-orang yang tidak mengerti tapi juga faktor lingkungan yang terbiasa berbahasa kasar juga mempengaruhi. Inilah fungsinya kita mengetahui kaidah kesantunan.

Semua contoh ketidaksantunan itu memperlihatkan bahwa ketika berbicara kita harus mengakui keberadaan dari lawan bicara sebagai subjek yang dihormati. Bukan hanya sekedar asal bicara tanpa memandang orang yang menjadi lawan bicara.

Beberapa hal yang perlu kita perhatikan soal kesantunan ini yaitu kita harus memperhatikan perasaan dari lawan bicara kita, sebisa mungkin kita membuat lawan bicara itu memiliki perasaan yang positif.

Kita perlu bersimpati dengan apa yang dirasakannya. Selain itu perlu kita pergunakan kata sapaan atau kata ganti jika menyapa orang lain yang perlu dihormati. Sering mempergunakan kata "maaf" untuk menyebut kata-kata yang tabu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun