Bapak Ku Sakit Parah
Terlahir dari keluarga sangat miskin dan kurang sandang pangan. Aku sudah biasa hidup susah, bahkan sejak kecil aku sudah terbiasa kerja keras untuk membantu cari nafkah kedua orang tua ku.
Meski itu dilarang oleh kedua orang tuaku namun aku tetap pada pendirianku. Sebab aku sadar dengan cara ini aku bisa dapat uang untuk jajan.Â
Sebagai anak sulung, dengan 3 orang adik kecil ku. Jelas aku harus bisa melindungi ketiga adik ku. Walaupun aku harus rela meninggalkan masa remaja ku. Terlebih lagi pendapatan bapak ku sebagai tukang becak hanya cukup buat makan sehari.Â
Esoknya harus mencari lagi tanpa tahu. Dapat berapa, yang penting berangkat narik. Kondisi tersebut, membuat emak rela menjadi kuli sawah. Untuk mencari tambahan penghasilan.Â
Jelas aku sendirian yang mengurus semua keperluan adik-adik ku. Mulai dari masak dan lainnya. Dengan keterbatasan yang ada, membuat ku tumbuh menjadi dewasa sebelum waktunya. Pokoknya sedih sekali kalau mengingat hal itu.
Aku pun mulai ikut orang, mulai ikut ini dan itu. Muali belajar dagang sama orang baik itu dipasar maupun diemperan.Â
Mondar mandiri kesana dan kesini, demi uang jajan. Aku ikut dengan orang sebrang yang jualan jam tangan aksesoris lainya.
Pagi aku ndorong etalase terus gelar dagangan. Sampai sang pemilik datang, kondisi itu berbulan-bulan aku lalui.Â
Sampai aku bisa menguasai tata cara jualan jam tangan, mualai dari belanja harga dan lainya. Setelah mahir, aku buka sendiri. Alhamdulilah semuanya lancar tanpa ada kendala sama sekali. Bahkan orang sebarang tersebut mendukung kuÂ
Tempat jualan ku menjadi ramai sekali. Mungkin karena aku sangat super dan lainya. Kemudian aku pun membagikan pengetahuan ku itu kepada bapak ku dan adik ku. Setelah mereka bisa menguasai aku pun menyerahkan segala peralatan dan barang-barang tersebut kepada mereka.