Mohon tunggu...
Yan veraosmana
Yan veraosmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ngerokok lan Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kuputuskan Pergi

22 Januari 2023   15:11 Diperbarui: 22 Januari 2023   15:14 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ku Putuskan Pergi Tanpa Kata Menyerah

Jika engkau tidak mau mendengarkan semua alasan ku. Kuputusan segera pergi meninggalkanmu, dengan segala amarah mu. Dan aku takan pernah kembali untuk menemui mu. Karena aku tahu engkau tak mau berbicara lagi dengan ku.

Meskipun engkau tahu aku tak punya apa-apa untuk mengarungi lautan kehidupan. Dan engkau pasti mengira aku akan putus asa dan kembali lagi. Aku tidak bakalan meperdulikan semua itu. Sebab, diriku telah siapa dengan segala resikonya.

Aku punya semangat berlalu, mengejar kehidupan baru. Dan aku tahu ada cahaya yang selalu menunggu ku disebrang sana. Serta aku juga sangat percaya, ada tuhan disampingku, untuk menjaga ku. 

Ini pilihan hidupku dan kemungkinan jua sebuah takdirku. Jadi sangat jelas tidak mungkin, aku menyerah. Apalagi sampai mengibarkan bendera putih. Dikarenakan aku percaya kehidupan baruku bakalan lebih indah lagi dari sebelumnya.

Tingginya ombak yang disertai terjangan badai. Takan mungkin menengelamkan rakit bambu buatan ku. Lantaran diri ku sangat percaya kepada tuhan. Yang pasti belum mau memanggilku untuk pulang.

Maafkan aku yang dianggap kamu telah mengacaukan segalanya. Telah merusak segalanya. Namun percayalah itu bukan watak ku dan bukan karena aku.

Dan ini juga menjadi pengalaman hidup ku. Untuk bekal penting dikemudian hari kala aku telah sampai diujung sana. Yang pastinya akan indah tanpa kepalsuan dan kelicikan manusia.

Badai dan ombak tak seberapa kejamnya daripada prilakumu dan kata-kata mu. Aku sudah biasa merasakan ribuan kali sayatan -sayatan. Aku sudah terbiasa menahan perih. Aku biasa menahan rasa sakit yang teramat sangat.

Jadi aku sudah tak merasa takut dikala ribuan mata badik diarahkan ke tubuh ku. Begitu pula telingaku, yang sudah kebal dengan segala cacian maupun makian.

Selamat tinggal, selamat bersenang-senang untuk merengkuh kenikmatan dunia. Selamat merengkuh nikmatnya klimaks ke egoisan.

Aku tetap semangat!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun