Mohon tunggu...
Yan veraosmana
Yan veraosmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Glang-Glong Swasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ngerokok lan Ngopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Duduk Rehat Sambil Memandang Gelapnya Langit

27 November 2022   07:50 Diperbarui: 27 November 2022   20:37 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duduk Rehat Sambil Memandang Langit Gelap

Dulu saat aku remaja, sering melihat bapak ku minum kopi sendirian digelapnya malam diteras rumah. Tanpa mau diganggu, tanpa mau ditemani, entah ritual apa yang tengah dijalani bapak ku. Tapi itu, sudah menjadi rutinitas harianya, selepas sholat isya sepulang dari kerjanya sebagai pedagang kecil-kecilan. Selang beberapa lama kemudian, bapak ku masuk rumah terus tidur.

Dan kebiasaan bapak ku pun, kini menular kepada ku. Dan ternyata enak juga, memandang lagit sambil bekeluh kesah dengan tuhan melalui hati ku. Usai disibukan dengan segala rutinitas usaha, untuk memenuhi segala kebutuhan ekonomi keluarga ku. Jujur sebagai kepala rumah tangga, aku sendiri merasakan kelelahan yang teramat sangat, baik raga ku maupun jiwa ku. Sekarang aku bisa memahami arti dari bapaku yang suka duduk sendirian sambil ngopi. 

Dimana saat bapak ku mulai mudah tersinggung, menjadi tidak sabaran terus mudah marah tanpa sebab. Bapak ku langsung duduk sendirian untuk menghilangkan rasa lelah di dalam jiwanya.

Begitu pula dengan keadaan ku saat ini, yang tengah tidak termotivasi untuk melakukan sesuatu hal, termasuk hobi memancingku. Karena terlalu gelisah atau ketakutan akan banyak tuntuntan kebutuhan terutama masa depan anak-anak ku. 

Aku pun melakukan hal yang sama seperti bapak ku lakukan.Yang mana, aku memilih untuk duduk seorang diri ditemani secangkir kopi, sambil memandangi gelapnya langit dimalam hari, yang tanpa cahaya bulan secuil pun. 

Guna meluapkan segala rasa ingin menangis ku, yang selalu datang secara tiba-tiba. Karena mulai merasa terasing dengan dilingkungan sekitar dan merasa selalu sendirian di tengah keramaian orang. Serta lebih suka membayangkan kehidupan bertabur materi.

Dan duduk seorang diri, istirahat dari rutinitas melelahkan ku, ternyata bisa mengistirahatkan jiwa ku yang tengah gundah gulana. 

Nikmat juga rasanya, bisa bercengkrama dengan tuhan melalui hati, untuk menumpahkan segala keluh kesah dan rasa Lelah ku kepadanya. Karena hanya tuhan saja yang sanggup mendengarkan kita, sebagai manusia, sebagai seorang bapak serta sebagai kepala rumah tangga.

Salam Markidang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun