Mengenang Masa LaluÂ
Wahai teman ku, wahai sahabat ku, cepet lah sini, mari kita jalan-jalan bareng. Sambil melihat keadaan disekitar kita. Untuk mengenang masa lalu kita, disaat mengalami hidup penuh dengan penderitaan dan kesusahan, yang teramat sangat. Yang mana mendengar nasi saja adalah sebuah benda paling berharga di dunia.
Dan kamu masih ingat apa tidak kawan, saat sebungkus nasi ponggol dan sebatang rokok pemberian dari orang. Kita santap bersama dengan begitu lahapnya.
Tanpa merasa jijik dan tanpa sekali pun berfikir, besok kita mau makan apa, makan dari mana, mau cari dimana. Terus besok mau kemana serta tidur dimana.
Dan kita pada saat itu, menganggap santai saja, karena kita sudah teramat pasrah akan hidup kita, yang penuh derita. Dimana tak punya duit sudah menjadi hal biasa, dikejar-kejar pemilik kontrakan sudah kapalan. Hidup tanpa sanak saudara diperantauan menjadi kebiasan serta Tanpa kerjaan tanpa pemasukan menjadi hal wajar.
Dan setelah sekian puluh tahun berlalu, kesusahan itu, telah beranjak pergi meninggalkan kita berdua. Kini kita bisa makan dengan teratur, ngrokok tak kurang, rumah sudah tak ngontrak lagi. Enak memang sekarang, apa pun yang kita inginkan sudah tersedia.
Tetapi kawan, apakah kau tak merasa kangen dengan masa-masa suram dulu?. Hehehheh. Maaf kawan, aku sekadar mengingatkan. Sebab, terkadang aku juga kangen masa-masa kelam dulu. Saat kita dibilang saudara kembar sialan, penuh tumpukan hutang dari orang-orang disekeliling kita. Miris memang.
Kawan ku, kamu tahu apa tidak. Ternyata, di jaman seperti sekarang ini, dimana semua serba canggih dan cepat. Masih saja, ada sebagian orang mengalami situasi serba susah seperti kita dulu. Memang kasian sekali kawan, dan lihatlah mereka itu kawan. Para kaum susah yang sangat pintar bertahan hidup, dari sisa-sisa makanan orang, seperti kita dulu. Dan mengambil puntung-puntung rokok bekas orang. Tanpa rasa jijik sama sekali, persis banget dengan situasi yang kita alami dulu kala.
Kawan, mari kita bantu mereka semampu kita. Agar mereka bisa merasakan sedikit kebahagian. Dan juga agar mereka tak menganggap, sisa-sisa makanan orang adalah sebuah rejeki dari tuhan.
Kawan, aku tak pingin mereka hidup seperti kita dulu. Yang menganggap hidup saat itu adalah sebuah kesengsaraan. " kita ini, tak boleh lupa dan tak boleh mengabaikan mereka. Sebab, ada rejeki mereka di dalam rejeki kita". Ucapku kepada kawan ku.