Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bukan Pendengar yang Baik

22 Agustus 2021   22:33 Diperbarui: 22 Agustus 2021   22:44 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan pendengar yang baik.

Kadang ada pertanyaan yang tiba-tiba muncul. Kenapa Tuhan menciptakan satu mulut dan dua telinga. Bukan dua mulut dan satu telinga. Mana sih yang lebih sulit. Mendengarkah?. Atau berbicara. Berbicara harus ada seninya lho, katanya. Berbicara itu gak gampang, katanya. Harus pandai-pandai memilih dan memilah kata, katanya. Memang itu semua benar.

Trus, mendengar kan cuma tinggal diam aja. Diam, dengerin orang yang sedang berbicara. Selesai. Tapi ternyata tidak semudah apa yang dibicarakan. Mendengar juga ada seninya. Mungkin kenapa Tuhan menciptakan satu mulut dan dua telinga, karena mendengarkan jauh lebih sulit ketimbang berbicara. Mungkin saja. Karena semua memiliki keistimewaan masing-masing.

Mendengar itu butuh kesabaran untuk menunggu. Menunggu selesai pembicaraan apa yang sedang didengar. Bukankah kesabaran adalah hal yang tidak bisa dianggap mudah. Ditengah pembicaraan yang sedang didengar, terkadang mulut ingin saja menyela dan mengomentari apa yang belum selesai didengar. Banyak terjadi pada siapa saja, termasuk Saya sendiri. Sabar untuk tidak menyela suatu pembicaraan bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. Butuh seni untuk bisa melakukannya.

Setelah kesabaran dalam mendengar perlu dilakukan. Pendengar masih harus berbicara pada diri sendiri. Mengomunikasika apa yang telah didengar kepada dirinya sendiri.  Bahkan bisa jadi masih bertanya-tanya pada diri sendiri. Apa tadi yang sudah didengar. Setelah mengetahui apa yang didengar, harus melakukan apa setelahnya. Apakah hanya diam saja, kemudian apa yang didengar akan berlalu begitu saja. Seperti kata orang, masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Apa sebenarnya tujuan dari mendengar yang dilakukannya.

Lalu, apakah dua hal yang sederhana tersebut sudah dilakukan dengan sebaik-baiknya versi kita. Apakah menjadi pendengar yang baik sudah tersematkan pada diri kita semua. Menjadi pendengar yang baik belum tentu baik pula dalam hal berbicara, begitupun sebaliknya. Seorang yang pandai berbicara pun belum tentu mampu menjadi pendengar yang baik. Maka semuanya butuh yang namanya belajar. Belajar yang terus-menerus. Bahkan ketika kita sudah menjadi pendengar yang baik, perihal mendengarkan dengan baik masih harus dilakukan. Pembicara butuh pendengar, dan pendengar butuh pembicara. Semua akan saling menguatkan, apabila dilakukan dengan seni yang indah.

Salam.
Bukan pendengar yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun