Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hampir Patah

23 Agustus 2020   22:35 Diperbarui: 23 Agustus 2020   23:17 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rinai itu kembali menetes. Membasahi tanah gersang di hadapku, juga kerasnya hati yang mulai tak tersentuh. Sudah hampir runtuh. Juga pernah hampir gugur.

Malam ini aku masih sendiri. Menghirup aroma tanah bekas hujan. Mencoba meresapi segala takdir. Mencoba menerima segala kehendak. Di antara banyak bintang yang menemani, selalu senyummu menjadi teman setiaku. Di bawah sinar rembulan yang teduh, selalu bayangmu yang menjadi akar kekuatanku tuk menghadapi lika-liku.

Sejak hari itu, segalanya telah berubah. Aku menjadi lebih pandai bermain peran. Menyunggingkan senyum di balik tangisku. Menamppakkan binar bahagia di atas sedihku. 

Dan sejak hari itu pula, aku harus sadar, aku boleh menangis tapi tidak boleh runtuh. Tak apa aku bersedih, tapi tidak untuk selamanya. Juga boleh aku lelah, tapi tidak untuk patah. Karena masih ada banyak hati yang harus dibahagiakan.

Salam rindu.

Nurul Yamsy.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun