Mohon tunggu...
Nurul Yamsy
Nurul Yamsy Mohon Tunggu... Penulis - .

Jika ucap tak lagi mampu berkata, biarlah kata yang mengungkap

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

TPQ Sebelah Rumahmu Ladang Pahalamu

20 Juli 2018   12:57 Diperbarui: 20 Juli 2018   13:05 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh..

Bagaimana kabar pembaca yang budiman? Semoga selalu berkah hidupnya dan selalu bermanfaat untuk sekitarnya. 

Liburan kali ini cukup panjang bukan??. Saat liburan kita meninggalkan rutinitas kita yang sebelumnya kita lakukan setiap hari. Bekerja,  sekolah,  dan lain sebagainya.

Jika liburan sudah menghampiri kita, tentunya kita akan senang karena terbebas dari peraturan yang selama ini harus kita laksanakan. Tetapi apakah liburan yang tersisa beberapa minggu ini hanya akan diisi dengan kekosongan belaka?  Khususnya untuk para mahasiswa yang bisa dikatakan memiliki masa libur yang sangat panjang. 

Ada pepatah mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Di kalangan pemuda banyak slogan-slogan bahwa pemuda adalah agent of change. Lalu apakah semua itu hanya akan menjadi slogan saja?  Tanpa ada tindakan?, tentu kita tidak ingin itu terjadi. Kita perlu pembuktian yang nyata. 

Lantas apa hubungannya agent of change dengan judul tulisan ini? Tentu ada hubungannya.  Coba sejenak kita perhatikan,  khususnya bagi para pemuda pemudi. Banyak dari pemuda pemudi di zaman sekarang ini menggunakan waktu senggangnya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.  Misalnya nongkrong sana-sini dengan pembicaraan yang tidak jelas,  setiap minggu pergi berlibur.  

Apakah itu tidak akan menghabiskan uang?.  Memang tubuh kita perlu melakukan refreahing setelah melakukan banyak kegiatan.  Tubuh kita memerlukan istirahat. Akan tetapi menjafi orang yang bermanfaat untuk orang lain mungkin bisa menjadi refreshing yang menyenangkan. 

Sore hari,  masihkah kita bisa melihat anak-anak kecil membawa buku mengaji atau Al-Qur'an dan pergi berlari menuju musholla di kampungnya? Jika melihat kejadian itu mungkin kita akan mengingat masa kecil kita dahulu.  Kita bisa mengaji dari TPQ,  kita bisa mengucap "bismillahirrahmaanirrahiim" juga dari TPQ.  Lantas masih ingatkah kita siapa yang menjadi guru mengaji saat kita berada di TPQ dahulu?.  Sekarang ini guru mengaji kadang adalah ibu-ibu. 

Lalu pemuda pemudinya kemana?. Atau pemuda pemudi sekarang menganggap guru mengaji adalah pekerjaan yang tidak menjanjikan. Tetapi guru mengaji memang bukan pekerjaan.  Guru mengaji adalah bentuk pengabdian kita kepada Allah dan RasulNya. Kita mengajari mengaji,  mengajari mereka membaca firman Allah. Mengajari membaca wahyu yang diturunkan Allah untuk NabiNya. Itu merupakan hal mulia, hanya Allah yang bisa membalas itu semua.  

Sekarang ini waktunya yang muda yang bergerak. Mendatangi TPQ dan mengajarkan mengaji kepada anak-anak adalah hal yang tidak bisa dianggap remeh,  karena yang diajarkan adalah kalam yang sangat mulia.   Menghidupkan rumah Allah juga perbuatan yang sungguh mulia.  Bayangkan saat sang anak tersebut mengucapkan basmalah ketika akan melakukan apapun,  pahala akan mengalair pada kita. Hal itu memang terlihat sangat kecil,  tapi akan berdampak besar bagi kehidupannya.

Jika memang belum bisa melakukan hal besar untuk memberikan manfaat bagi orang lain,  maka hal sekecil apapun bisa dilakukan asalkan mendatangkan manfaat bagi sesama..

Semoga hidup kita menjadi berkah.  Aamiin

Wassalamu'alaikum warahmatullaagi wabarakaatuh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun