Subuh baru saja datang di Teluk Persia, tapi kegelapan belum sepenuhnya enyah. Udara masih berbau laut asin, bercampur solar, dan debu gurun yang dibawa angin dari barat daya.
Seorang nelayan tua di pesisir Bandar Abbas tengah membersihkan jaring saat terdengar dentuman yang datang dari kejauhan, seperti guntur tapi tak dari langit.
Beberapa mil dari sana, di balik perbukitan, tiga kilatan cahaya muncul hampir bersamaan di Natanz, Arak, dan Fordow. Itulah yang diyakini Amerika Serikat sebagai pusat utama pengayaan uranium Iran.
Tiga fasilitas itu diserang rudal Tomahawk dari kapal perang yang sudah berhari-hari menyaru sebagai "pengawal perdagangan bebas" di selat Oman.
Gedung Putih menyebut operasi itu sebagai "pencegahan strategis terhadap pengembangan senjata nuklir."
Tapi pagi harinya, saluran televisi Iran menayangkan gambar para pekerja nuklir minum teh dan membaca koran di dalam bunker yang utuh, di lokasi lain.
Dan di layar kaca itu, satu pesan menggelegar: "Yang Anda hancurkan hanyalah replika. Nuklir kami aman. Dan kini giliran kami berbicara."
Tiga situs yang diserang bukan rahasia, bahkan sudah sering masuk laporan IAEA. Tapi sejak 2022, menurut informasi intelijen regional, Iran mulai membangun fasilitas duplikat
Serupa rupa, tapi tak mengandung apa-apa. Temboknya dari beton, pintunya dari baja, tapi reaktor di dalamnya kosong.
Ini seperti membuat senapan mainan dengan peluru dummy. Saat ditembak, hanya menghasilkan gema, bukan korban.