Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tausiah Prof Emil Salim (Part-2)

17 April 2021   17:01 Diperbarui: 17 April 2021   17:38 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto: legaleraindonesia.com)

Sekarang tengok saja negara-negara di semenanjung Skandinavia atau negara-negara commonwealt, rata-rata maju dan rakyatnya bahagia. Akan jadi soal, manakah suatu negara, saban hari rakyat terus menggerutu.

Adalah Robert Lucas dan Paul Romer sebagai soko guru mazhab Teori Ekonomi Baru atau Endogenous Economic Growth, memusatkan pertumbuhan ekonomi pada sumber daya manusia dan kekuatan ilmu pengetahuan menjadi modal utama peningkatan produksi dan ekonomi nasional.

Begitupun Schumpeter dari kubu Neoklasik yang menandaskan pentingnya inovasi dalam suatu ekonomi yang steady growth. Ujung-ujungnya juga pada sektor pendidikan.

Bahwa sesungguhnya, pendapatan suatu negara dari sisi Gross Nasional Product (GNP), sungguh-sungguh tiada lepas dari urusan teori human capital. Makin bagus pendidikan suatu masyarakat, semakin encer pula pendapatannya (output GNP).

Sebaliknya, makin dongok suatu masyarakat dalam urusan pendidikannya, maka makin blangsak pula nasibnya kelak. Bila kurang percaya, silahkan dicek satu per satu. Rata-rata negara paling dongok, adalah yang paling menderita hidupnya. Kebodohan hanya membikin ketimpangan kian menganga.

Bila kurang percaya, silahkan tengok China. PISA Indeks China skornya di atas 500. Maka tak heran, China kini menjadi raksasa ekonomi dunia. Bahkan kini menggencet Amerika Serikat hingga Trump uring-uringan kala itu.

China menjadi pemegang kendali manufaktur global. Kalau ekonominya lesu barang sedikit saja, maka sontak berpengaruh global supply chain. Saking begitu kuatnya China mengekang perekonomian dunia.

Di level Asean, Singapura, Malaysia atau Vietnam telah melandaskan pembangunan ekonominya pada human competitiveness. Tak melulu bangunan beton. Kendatipun infrastruktur tak kalah pentingnya.

Maka jangan tercengang-cengang, manakala relokasi Industri lebih doyan ke Vietnam, Singapura atau Malaysia. Hal apa yang mendorong, jika bukan human competitiveness yang lebih baik dari Indonesia?

Tanpa saya sadari, tulisan ini terlampau panjang bagi yang membaca. Kendatipun mencengam omongan prof Emil tak akan putus-putusnya. Selain bobot omongan yang semuanya bergizi. 

Bersambung

Selamat berbuka...........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun