Tentu spektrum dampaknya luas. Mulai dari kebutuhan darurat masyarakat hingga rehabilitasi infrastruktur ekonomi dan sosial pasca bencana untuk jangka pendek. Anggarannya juga besar. Makna daerah mesti siaga dengan program dan anggaran yang sepadan.
Kalau begitu, alternatifnya adalah menunggu keputusan pemerintah pusat, untuk menetapkan darurat bencana. Tentu dengan berbagai pertimbangan bertele-tele. Menetapkan kondisi darurat itu tersusun dari klausul demi klausul. Di dalamnya ada perdebatan. Tak peduli berapa nyawa yang sudah melayang sia-sia.
Apalagi kondisi seperti sekarang, dimana keuangan negara tengah seret. Kebijakan darurat bencana, tentu diikuti dengan anggaran. Bukan surat kosong. Maka tambah bertele-tele pula urusannya. Meski bencana di NTT terjadi secara masif dari pulau Timor, Sumba, Flores dan Alor. Efek rusaknya juga masif. Namun kondisi darurat bencana, belum juga ditetapkan. Apa hal?
Meski kepala daerah itu rata-rata orang pintar pula hebat, namun belajar mengambil hikmah itu bisa dari mana saja. Termasuk dari alam, yang memberikan pelajaran secara cuma-cuma tanpa pungut sepeserpun. Daerahnya rentan bencana, tapi anggaran darurat bencana seuprit, itu juga hikmah!