Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Turun Kelas Lagi?

3 September 2020   11:20 Diperbarui: 4 September 2020   20:47 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber : covenantgrove)

Malam-malam di Tebet tampak senggang. Lapak-lapak kuliner banyak juga yang guling tikar. Cuma Warmo yang masih berdiri tegak. Tempo saya lewat di depan Warmo, leher tukang kasir, sekaligus yang punya, masih mendongak. Pertanda Warmo masih baik-baik saja.

Warteg di belakang tempat saya, juga masih eksis. Cuma naga-naganya agak sepi. Tak seramai hari-hari biasa kala jelang pagi. Atau siang. Cuma Warteg dengan segmen pasar tukang ojek dan pegawai rendahan berikut aktivis kere yang masih eksis.

Sampai-sampai, tukang bubur di samping Indomaret, sebelah kiri tempat saya, juga hengkang. Pendapatan menurun, sementara saban hari diplorotin preman. Angkringan depan Indomaret juga kolaps. Lapaknya diganti penjual sosis, yang di depannya ditulis "Berdiri sejak kau tinggal pergi."

Wava yang saban malam ramai, juga tampak senggang. Biasanya padat, berisi ABG setengah teler, setelah pulang dugem. Pusat-pusat spa dan karauke sepanjang Tebet juga lockdown. Sudah pasti yang lainnya ikut bangkrut.

Syahdan, menurut kabar, gegara sentra karaoke dan pub lockdown, para kerja hiburan ini banting setir. Beralih ke Bigo Live, Menggo Live dan macam-macam hiburan berbasis aplikasi online. Core-nya sama, masih soal sawer-saweran. Bisa dimonetisasi hingga Rp.7 juta - Rp.8 juta/bulan.

Sepanjang Manggarai, Saharjo hingga Pancoran, ada banyak gedung yang di depannya tertulis "Gedung Ini Dijual." Pendapatan menurun selama pandemi, sementara biaya maintenance besar. Dari pada jadi beban, mending aset-aset seperti gedung dijual.

Sebelum pemerintah umumkan, bahwa pada kuartal III/2020 kita resesi, sejatinya, sehari-hari, di depan mata kita sudah tampak resesi. Mau bagaimana? Memang begitu kenyataannya. Usaha macet, pendapatan turun, daya beli juga terpuruk.

Padahal, bank dunia baru saja rilis, Indonesia ke dalam negara berpendapatan menegah atas dari sebelumnya berpendapatan menengah ke bawah. Ini menandakan, pendapatan nasional bruto atau gross national income (GNI) negara ini berada di rentang US$ 4.046 hingga US$ 12.535 per tahun.

Kendati, tak dipungkiri, ada banyak perdebatan terkait RI naik kelas, karena bank dunia, mengambil data lama (2019) dari BPS. Pula GNI bukan satu-satunya  cermin kemakmuran rakyat. Karena faktor-faktor non ekonomi, tak terefleksi melalui GNI secara kenyataannya.

Dus, BPS baru saja merilis, bahwa Indonesia pada Agustus 2020, alami deflasi 0,05%. Ini deflasi ke dua, setelah sebelumnya, Juli/2020, terjadi deflasi 0,10%. 

Deflasi beruntun. Itu artinya daya beli masyarakat alami crash. Harga barang terpuruk, pelaku usaha enggan produksi, meski ada banyak paket stimulus pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun