Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Siapa Terima Tantangan LBP?

4 Juni 2020   06:25 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:36 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber : nusantaranews.co)

Sebelum nantang debat, LBP sudah disclaimer. Dia akui, dirinya tentara, bukan ekonom. Untuk apa terima tantangan orang yang sejak awal disclaimer?

Memangnya LBP Menteri Keuangan? Semua hal mau diurusnya ! Mekeu Sri Mulyani saja santui. Kenapa LBP yang berang?

Makanya, melihat kritik itu dengan nalar demokrasi. Bukan nalar kekuasaan. Menantang, apa-apaan? Siapa yang ditantang? Jelas dong !

Apa memang publik itu dongok semua? Memilih diksi saja LBP kurang cermat. "Menantang" siapa yang soalkan utang negara.

Emang dia capable? Hutang itu tak cuma dilihat secara debt to GDP ratio. Tapi dari kemampuan bayar.

Memangnya selama ini asumsi ekonomi semuanya presisi? Karena itulah publik mengeritik. Kalau dibaca secara konfliktual ya susah.

Okelah hutang produktif. Seberapa besar memberi daya dorong terhadap pertumbuhan ekonomi produktif? Asumsi pertumbuhan ekonomi selalu tidak presisi, meski utangnya besar.

 Debt to GDP ratio cenderung meningkat dari 2014-2019 (Sumber : kajian/analisa Institue Harkat Indonesia)
 Debt to GDP ratio cenderung meningkat dari 2014-2019 (Sumber : kajian/analisa Institue Harkat Indonesia)
Katakanlah, kalau utang di atas Rp. 3 ribu triliun, mestinya berapa kali me-leverage pertumbuhan ekonomi produktif? So, pertumbuhan ekonomi kita, selalu di bawah asumsi (undervalue).

Apalagi dari sisi produktivitasnya? Contohnya. Realisasi investasi kita lampaui target di 2019.

Dari target Rp.700-an triliun, realisasi investasi yang dicapai Rp.800-an triliun. Tapi cuma menyerap satu juta lapangan kerja. Ada soal. Ini contoh, atau bagian dari kritik publik.

Kembali ke soalan utang. Debt to GDP ratio itu cuma satu cara. Agar bisa dilihat utang kita apple to apple dengan negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun