Mohon tunggu...
Munir Sara
Munir Sara Mohon Tunggu... Administrasi - Yakin Usaha Sampai

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Manuver Politik "WhatsApp Group"

15 Januari 2018   11:11 Diperbarui: 16 Januari 2018   17:23 1615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber gambar : pragerU)

Jadi, pagi buta, sebelum para anggota WAG sarapan, mereka sudah disumpal dan ditohok caci maki. Berlanjut ke lini masa (facebook, instagram, twitter dan blog), semua isinya makian. Pagi itu, jagat sosmed para pemilik akun di kampung sebelah seperti lautan umpatan dan caci maki. Hanya gegara Paman Dorus yang idap hipertensi.

Yang paling membingungkan dari sekian orang yang menanggapi Paman Dorus, tak satupun mengannggap ia sebagai lawan politik. Mereka hanya sepat pada pilihan kata-kata Paman Dorus yang selalu kotor dan penuh umpatan. Kalau tak maki, pasti marah. Begitu tiap hari.

Jadi, dipikir-pikir, siapa sesungguhnya lawan politik Paman Dorus? Wolter yang paling awam politik dan mati-matian menolak kandidat kades yang diusung Dorus, pun tak menganggap Dorus sebagai rival politik yang sepadan. Jadi sekali lagi, siapa lawan politik Paman Dorus, dalam ajang pilkades yang panas itu?

Paman Minggus yang kepala dan mulutnya selalu panas, acap kali memukul dada dan pasang kuda-kuda bila ada debat soal pilkades. Saking begitu temperamennya, orang-orang di kampung melabelinya politisi jam 12 siang. Dulu Paman Minggus juga dibilang politisi kepala batu, politisi mulut silet dan masih banyak label lain. Meskipun levelnya masih politisi kampung.

Suatu hari, Paman Minggus marah bukan kepalang, akibat ia dengar, kalau ada yang bilang, levelnya cuma politisi kampung. Paman Minggus kadung sudah merasa ia politisi dari kampung dengan rasa nasional. Oleh sebab itu, di timeline sosmed-nya, selalu memposting apapun dengan akhir kata "nasional." biar ia dibilang paham urusan pusat.

Konon setiap jam 12 siang Paman Minggus gampang marah. Jangan coba-coba menyodoknya saat jam 12 siang. Setiap jam 12 siang, Paman Minggus sudah memasang kuda-kuda. Kedua tangannya dikepal dengan memasang wajah sangar. Seakan-akan siapapun yang lewat diterkam dan dilumat habis.

Setelah diusut-usut, beginilah alasan medis kenapa Paman Minggus suka marah setiap terjadi debat politik di siang hari. Ternyata, setiap siang, apalagi tepat pukul 12. 00, suhu tubuh Paman Minggus meningkat drastis. Berimbas pada meningkatnya detak jantung, hormon testosterone, serta reaksi metabolik. Hal ini memicu reaksi saraf simpatik yang membuat paman Minggus berada dalam situasi siap untuk melawan atau bertarung. Sebab itulah, setiap siang, Paman Minggus selalu pasang kuda-kuda.

Karena demikian, setiap jam 12 siang, Paman Minggus suka mencari musuh. Meskipun tak satu pun orang di kampung, menganggapnya musuh yang sepadan. Di jam 12 siang, semua orang saling mewanti-wanti, "Jangan coba-coba berbeda dengan Paman Minggus dalam hal apapun. Apalagi melawannya." Bahaya, soalnya sudah jam 12 siang.

Karena WAG yang panas, dan lini masa yang mendidih, Paman Gugus yang sudah mulai sepat dengan politik WAG memutuskan cukup mendengar semua ihwal politik di radio. Sedikit bicara politik dan banyak nyanyian. Dari pop, dangdut, keroncong hingga rege. Apalagi RRI Pro. Isinya dangdut semua.

Paman Gugus yang sekolah saat kurikulum belajar masih menggunakan metode dikte, percaya, bahwa pilkades atau pileg adalah pesta rakyat. Namanya juga pesta, ada banyak tawa disitu dan juga makan-makan. Bukan terus-terusan dihantui kemarahan seperti Paman Minggus setiap jam 12 siang. Wallahu'alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun