Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Melawan Resesi Ekonomi Indonesia: Segera Perbaiki Efisiensi Logistik dan Berikan Stimulus Produksi Padat Karya!

19 Juli 2020   09:41 Diperbarui: 19 Juli 2020   13:48 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sejarah ekonomi dunia dikehui bahwa ketika terjadi resesi ekonomi pada tahun 1930-an, dan 1940-an, yang tergolong kesulitan ekonomi terberat yang dialami manusia di planet bumi ini, minimal ada dua hal yang terjadi dalam kehidupan manusia. 

Pertama, daya beli masyarakat menurun, sehingga mereka yang tidak miskin menjadi miskin, dan yang miskin semakin miskin, pada gilirannya jumlah yang miskin semakin banyak.

Ketika jumlah yang miskin semakin banyak cenderung berpeluang semakin banyak terjadi masalah sosial yang mengganggu ketentraman dan keamanan. 

Oleh karena itu, pemerintah sebuah negara berupaya agar jumlah rakyatnya yang miskin tidak semakin banyak, tetapi berupaya agar rakyatnya yang miskin berkurang sampai tidak ada yang miskin, dengan memberdayakan semua sumber daya yang ada secara optimal.

Kedua, bila terjadi resesi yang berat, mereka yang bekerja menjadi menganggur dan sulit mendapatkan lapangan kerja baru. 

Bagi mereka yang mencari kerja seperti tanpa peluang untuk bekerja dengan harapan memperoleh upah dan gaji. Kehadiran negara sangat diperlukan dalam mengurangi angka pengangguran agar tidak berlangsung dalam jangka panjang. 

Ketika angka pengangguran semakin banyak dan berlangsung dalam jangka panjang, maka semakin besar peluang terjadinya masalah sosial yang menganggu sendi sendi kehidupan ekonomi dan sosial secara keseluruhan.

Dari catatan sejarah ekonomi dunia diketahui juga bahwa ketika terjadi resesi ekonomi yang cukup berat, pemerintah berupaya agar sumber daya ekonomi yang menganggur dapat diperdayakan untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan, sehingga mereka yang menganggur menjadi bisa bekerja dan memperoleh upah dan gaji, serta kepada mereka diciptakan peluang agar bisa memanfaatkan sumber daya ekonomi yang menganggur.

Sebagai contoh, Tuan Morgan, pada saat itu masih belum ada Bank Sentral di Amerika, seorang pemiliki bank, dan saat ini dikenal dengan nama JP Morgan Bank, mengurung para bankir dari seluruh Amerika untuk ikut menyelesaikan masalah resesi ekonomi yang melanda Amerika.

Tuan Morgan meminta untuk mengumpulkan uang sebagai stimulus ekonomi agar sumber daya ekonomi yang menganggur menjadi diberdayakan penuh, sehingga rakyat Amerika memperoleh pekerjaaan. Setelah beberapa hari terkurung dalam sebuah ruangan, akhirnya mereka menyetujui sejumlah uang sebagai stimulus, dan stimulus tersebut berhasil menyelesaikan masalah resesi.  

Dalam sistem keuangan yang maju saat ini, kebijakan yang dilakukan Tuan Morgan tersebut, saat ini dikenal dengan istilah "easy money policy", atau "cetak uang" sebagai salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral. Kebijakan cetak uang tidak selalu buruk asalkan dikoordinasikan tepat sasaran dan tepat waktu, serta tepat pengendalian dan pengawasan.

Akibat dampak dari Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia, seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, bahwa ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 tumbuh minus, dan kalau tidak ada usaha luar biasa, maka ada peluang resisi yang cukup berat yang akan dialami perekonomian Indonesia dalam dua sampai tiga tahun ke depan. 

Artinya, kalau tidak ada usaha luar biasa, perekonomian ekonomi Indoensia akan resesi, angka panganguran semakin banyak, dan angka kemiskinan semakin banyak juga. Harus ada upaya luar biasa agar kondisi yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindarkan.

Indonesia memiliki luar wilayah yang cukup luas, dan memiliki jumlah penduduk yang banyak. Indonesia memiliki lahan sawah dan ladang yang yang cukup luas dan masih menganggur di berbagai daerah. 

Sawah dan ladang tersebut ditanami padi dan singkong, dan berbagai tanaman lainnya. Stimulus berupa modal kerja diberikan pemerintah dengan suku bunga nol persen. Juga Indonesia memiliki laut yang cukup luas dan dimungkinkan diperdayakan untuk produksi ikan dan budidaya lainnya agar rakyat dapat bekerja.

Untuk memberdayakan lahan yang menganggur dan sumber daya laut diperlukan modal kerja. Sumber dana tersebut dapat meniru seperti yang dilajukan Tuan Morgan di Amerika, melalui "easy money policy". 

Pemerinah dan Bank Indonesia melalui kebijakan "easy money policy" atau dengan mencetak uang. Jumlah yang diperlukan diperkirakan sekitar 300 triliun rupiah yang dicairkan secara bertahap. Tentu dilakukan secara terkoordinasi agar tidak terjadi penyimpangan.

Selain itu, pemerintah harus mencipatakan tata niaga yang efisien, serta logistik yang efisien agar produksikan dari pendanaan melalui "easy money policy" diserap pasar dalam negeri dan juga ekspor.  

Singkatnya, hasil produksi ditampung negara dan didistribusikan (dijual) kepada konsumen. Dari hasil penjualan dikembalikan kembali ke Bank Indonesia secara bertahap.

Risiko dari "easy money policy", hanya satu, yaitu, terjadinya penyalah gunaan uang sehingga tidak tepat sasaran dan tepat guna. Tentu hal ini dapat dhindarkan melalui pengawasan dan pengendalian, serta tata kelola yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun