Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

"Black Monday", Virus Corona, dan Anjloknya Harga Saham

1 Maret 2020   20:38 Diperbarui: 4 Maret 2020   08:39 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi mengenai anjloknya harga saham. (sumber: Thinkstock Photo via kompas.com)

Pada  hari Selasa (25 Februari), dan hari Kamis (26 Februari 2020), pada dua hari tersebut indeks Dow Jones turun sekitar 1000 poin, rekor penurunan terbesar setelah krisis keuangan tahun 2008 yang lalu.  

Pada periode yang sama, dalam empat hari sejak hari Selasa (25 Februari), Indeks Harga Saham Gabungan turun sekitar 400 poin.  Pengamat menjelaskan bahwa penurunan indeks harga saham tersebut cenderung dijadikan faktor wabah Virus Corona (Covid-19) sebagai penjelasan tunggal atas penurunan kinerja harga saham.

Dalam tulisan singkat ini,  ingin meninjau kembali kinerja terburuk penurunan pasar modal dunia pada tahun 1987 yang lalu, yang dikenal dengan istilah "Black Monday", peristiwa terburuk sepanjang sejarah pasar modal dunia.

Jika ditelaah, hanya satu penyebabnya, yaitu karena pelemahan kegiatan ekonomi dunia secara keseluruhan dan pada waktu yang sama harga saham cukup tinggi, berlebihan pada gilirannya terjadi koreksi cukup besar karena adanya aksi jual yang berlebihan.  

Halaman muka koran The New York Times tentang Black Monday. (sumber: thestreet.com)
Halaman muka koran The New York Times tentang Black Monday. (sumber: thestreet.com)
Black Monday, sama sekali bukan karena suatu jenis wabah penyakit, tetapi hanya karena penyakit ekonomi yang diobati dengan cara-cara pengobatan ekonomi melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dilakukan di beberapa negara, sehingga dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama kinerja harga saham kembali pulih sejak tahun 1987 sampai sekarang terus tumbuh walaupun sering terjadi fluktuasi.  

Sebelum terjadi "Black Monday", minimal ada empat tanda-tanda utama yang akan dipaparkan dalam uraian berikut ini. Pertama, kinerja pertumbuhan ekonomi cenderung melambat dan laju inflasi cenderung meningkat.

Kedua, terjadi penurunan nilai mata uang negara-negara yang mendominasi ekspor sebagai dampak dari penurnan nilai perdagangan dunia. Ketiga, pasar saham mengalami peningkatan harga yang berlebihan (bullish market) yang berdasarkan valuasi dinilai terlalu mahal. 

Keempat, laporan estimasi masa depan menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang  cenderung lebih rendah untuk semua pelaku ekonomi, seperti rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.

Kelima, merealiasikan profit pada posisi harga saham yang berlebihan adalah pilihan yang sempit, pada gilirannya terjadi aksi jual yang berlebihan, sehingga harga saham turun terbesar sepanjang sejarah pasar modal, indeks Dow Jones turun sekitar 22 persen.

Bagaimana perkiraan prospek pemulihan kinerja harga saham bila penyebabnya karena wabah penyakit?  Terus terang sulit diprediksi kapan terjadi pemulihan harga saham, sangat tergantung pada penemuan "obat" yang diakui sukses mengobati wabah penyakit tersebut.  

Belum ada laporan yang menyampaikan "kapan" ditemukan obat anti virus corona.  Hanya laporan yang menyatakan bahwa lebih banyak yang sembuh dibandingkan dengan yang meninggal. Kemudian, dilaporkan juga bahwa semakin banyak jumlah orang yang terinfeksi virus Corona, dan juga semakin banyak negara  yang melaporkan bahwa warganya terinfeksi virus Corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun