Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Tidak Tua Sebelum Kaya!

30 April 2019   11:16 Diperbarui: 30 April 2019   11:34 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Berdasarkan studi empiris, bila tingkat pendapatan per kapita sebuah negara pada kondisi sumber daya ekonomi yang dimiliki negara tersebut telah hampir terberdayakan penuh, artinya negara tersebut berada pada kelompok yang disebut negara kaya, atau pada tingkat pendapatan per kapita mulai dari 16 ribu dolar Amerika. 

Bila pendapatan per kapita sebuah negara telah mencapai angka tersebut, kinerja pertumbuhan ekonomi tidak lebih dari 5 persen per tahun.  Walaupun pertumbuhan ekonomi sebuah negara relatif rendah, tetapi negara tersebut telah tergolong kaya atau makmur secara ekonomi.    

Tesis jebakan pendapatan menengah, artinya,  negara tersebut masih belum kaya, atau masih belum mencapai 16 ribu dolar Amerika per tahun,  tetapi kinerja pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan terperangkap tidak lebih dari 5 persen per tahun.  

Perangkap ini biasanya dimulai dari tingkat pendapatan per kapita sebesar 8,500 dolar per tahun.  Kondisi ini yang disampaikan Bung Faisal Basri  "tua sebelum kaya".  Tua artinya tumbuh kerdil (pada hal masih muda), sehingga makin lambat untuk  mencapai kaya yaitu mencapai pendapatan per kapita sebesar 16 ribu dolar AS, karena tumbuh kerdil (di bawah 5 persen per tahun) atau kena jebakan pendapatan menengah.

Minimal lima karakteristik sebuah negara yang diperkirakan akan mengalami jebakan pendapatan menengah, atau negara yang tua sebelum kaya.

Pertama,  tidak bernas perubahan penurunan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Sekalipun turun jumlah yang miskin tetapi penurunannya lamban, demikian juga untuk ketimpangan pendapatan.

Kedua, ketidakmampuan suatu negara untuk melanjutkan proses perpindahan dari industri bernilai tambah rendah ke industri bernilai tambah tinggi.

Ketiga, pemberdayaan teknologi dampak dari impor teknologi menciptakan pengangguran, karena kelebihan tenaga kerja (pengangguran) belum mampu diberdayakan penuh.

 Keempat, negara masih belum fokus pada peningkatan daya saing produk yang dihasilkan negara tersebut, pada gilirannya akan mengalami defisit neraca pembayaran yang menganggu kestabilan ekonomi.

Kelima, sumber daya ekonomi yang dimiliki suatu negara hampir diberdayakan penuh tetapi tidak efisien, pada gilirannya nilai tambah yang dihasilkan tidak tumbuh optimal.

 Lima karakteristik tersebut kelihataannya masih dalam proses pelaksanaan program pembangunan kerkesinambungan di Indonesia, sehingga sulit mengambil kesimpulan apakah Indonesia terjebak atau tidak terjebak dalam perangkap pendapatan menengah, karena biasanya hasilnya akan terealisasi dalam jangka panjang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun